Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mustahil Ibu Rumah Tangga Bisa Mendominasi Penularan HIV/AIDS di Indonesia

3 Agustus 2023   14:25 Diperbarui: 3 Agustus 2023   14:39 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: kilyos.com.br)

"Kasus HIV dan Sifilis Meningkat, Penularan Didominasi Ibu Rumah Tangga" Ini judul berita di sehatnegeriku.kemkes.go.id, 9/5-2023.

Astaga, judul berita ini jelas menohok, memojokkan dan menyudutkan serta memfitnah ibu rumah tangga.

Dalam KBBI disebut dominasi adalah penguasaan oleh pihak yang lebih kuat terhadap yang lebih lemah. Lalu, bagaimana cara ibu rumah tangga mendominasi penularan HIV/AIDS? Duh, yang mboten-mboten aja.

Dalam konteks penularan HIV/AIDS dan sifilis perempuan, dalam hal ini ibu rumah tangga, justru ada di pihak yang lemah sehingga jadi korban.

Mereka tidak bisa memperoleh informasi tentang perilaku seksual suami di luar rumah. Jika ada kecurigaan terkait perilaku seksual suami di luar rumah, mereka pun tidak bisa meminta suami untuk memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual sebagai suami-istri.

Secara empiris ibu rumah tangga tertular HIV/AIDS dan sifilis dari suami yang perilaku seksualnya berisiko, seperti:

Pernah atau sering melakukan hubungan seksual di dalam nikah tanpa kondom dengan perempuan yang berganti-ganti karena bisa saja salah satu dari perempuan tersebut mengidap HIV/AIDS atau sifilis atau keduanya sekaligus sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS atau sifilis atau keduanya sekaligus,

Pernah atau sering melakukan hubungan seksual di luar nikah tanpa kondom dengan perempuan yang berganti-ganti karena bisa saja salah satu dari perempuan tersebut mengidap HIV/AIDS atau sifilis atau keduanya sekaligus sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS atau sifilis atau keduanya sekaligus,

Pernah atau sering melakukan hubungan seksual di luar nikah tanpa kondom dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK) langsung dan PSK tidak langsung (seperti cewek kafe dan pijat plus-plus, cewek prostitusi online) karena bisa saja salah satu dari perempuan tersebut mengidap HIV/AIDS atau sifilis atau keduanya sekaligus sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS atau sifilis atau keduanya sekaligus,

Pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan karena bisa saja salah satu dari Waria tersebut mengidap HIV/AIDS atau sifilis atau keduanya sekaligus sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS atau sifilis atau keduanya sekaligus,

Sebuah studi yang dilakukan Gaya Nusantara di Surabaya tahun 1990-an menunjukkan pelanggan Waria terbanyak adalah laki-lai beristri. Dalam kontak seksual para laki-laki beristri itu justru jadi 'perempuan' (ditempong), sementara Waria jadi 'laki-laki' (menempong). Para suami itu memberikan pembenaran terkait perilaku mereka, yaitu: mereka tidak mengikari cinta dengan istrinya karena mereka tidak memakai, maaf, penisnya.

Dalam berita disebutkan: Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV mencapai 35%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kasus HIV pada kelompok lainnya seperti suami pekerja seks dan kelompok MSM (man sex with man).

Secara empiris seorang PSK melayani 3-5 laki-laki setiap malam. Itu artinya lebih banyak suami yang berisiko menularkan HIV/AIDS ke istrinya karena seorang PSK panya satu suami. Sedangkan seorang MSM juga punya pasangan tetap sehingga kasusnya tidak banyak karena hanya penyebaran hanya di komunitas mereka.

Yang jadi persoalan besar adalah: Apakan suami ibu-ibu ruman tangga yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS atau sifilis mejalani tes HIV dan tes sifilis?

Matriks: Penyebaran HIV/AIDS Jika Suami Ibu Hamil Tidak Jalani Tes HIV. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Penyebaran HIV/AIDS Jika Suami Ibu Hamil Tidak Jalani Tes HIV. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Kalau jawabannya TIDAK, maka itu artinya negara, dalam hal ini pemerintah melalui Kemenkes, membiarkan para suami itu jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS dan sifilis secara horizontal di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Disebutkan pula: Ia (Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr Muhammad Syahril) mengatakan, penyebab tingginya penularan HIV pada ibu rumah tangga karena pengetahuan akan pencegahan dan dampak penyakit yang rendah serta memiliki pasangan dengan perilaku sex berisiko.

Pengetahuan siapa, para suami atau ibu-ibu rumah tangga, yang rendah terkait dengan pencegahan HIV/AIDS dan sifilis?

Jika yang dimaksud pengetahuan ibu-ibu rumah tangga, pernyataan itu benar-benar naif karena sehebat apapun pengetahuan seorang ibu rumah tangga tentang HIV/AIDS dan sifilis dia tidak bisa meminta apalagi memaksa suaminya menghentikan perilaku seksual berisiko atau memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual suami-istri. Bisa-bisa istri akan mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Perempuan, dalam hal ini istri, di Indonesia posisinya sebagi sub-ordinat sehingga di bawah kekuasaan laki-laki dan suami.

Lagi pula pemerintah, dalam hal ini Kemenkes dan jajarannya, tidak menyebarkan informasi tentang HIV/AIDS yang akurat melalui komunikasi, informasi dan edukasi (KIE). Informasi tentang HIV/AIDS dibalut dan dibumbui dengan moral dan agama sehingga menenggelamkan fakta medis dan menyuburkan mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS.

Baca juga: Mengapa Sebaiknya Kemenkes Tidak Lagi Menggunakan "Seks Bebas" terkait Penularan HIV/AIDS

Contoh yang faktual: penularan HIV/AIDS selalu dikaitkan dengan 'seks bebas' (ini istilah yang ngawur), zina, seks pranikah, selingkuh dan melacur.

Ilustrasi: Situs https://hivaids-pimsindonesia.or.id/download (Dok Syaiful W. Harahap/Repro)
Ilustrasi: Situs https://hivaids-pimsindonesia.or.id/download (Dok Syaiful W. Harahap/Repro)

Tampilan situs https://hivaids-pimsindonesia.or.id/download sangat mencolok dengan warna merah. Tapi, begitu mata melihat ke pojok kanan atas ada tulisan: PENCEGAHAN PENULARAN HIV Dengan ABCDE - A = ABSTINENCE disebutkan Hindari Seks Bebas

Padahal, penularan HIV/AIDS melalui hububungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual ('seks bebas,' zina, seks pranikah, selingkuh dan melacur), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual (salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom). Ini fakta medis.

Matriks: Sifat Hubungan Seksual dan Kondisi Hubungan Seksual Terkait Risiko Penularan HIV/AIDS. (Foto: Dok/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Sifat Hubungan Seksual dan Kondisi Hubungan Seksual Terkait Risiko Penularan HIV/AIDS. (Foto: Dok/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)

Kondisinya kian runyam karena disebut perilaku seksual berisiko dengan PSK di lokasasi, padahal sekarang pelacuran sudah pindah ke media sosial dengan transaksi melalui ponsel. Sedangkan eksekusinya bisa terjadi sembarang waktu dan di sembarang tempat. Maka, banyak laki-laki yang termakan mitos sehingga tertular HIV/AIDS.

Baca juga: Ratusan Mahasiswa Bandung yang Tertular HIV/AIDS karena Terperangkap Mitos

Maka, yang diperlukan adalah menurunkan insiden infeksi HIV baru, terutama pada laki-laki dewasa, melalui hubungan seksual dengan PSK langsung dan PSK tidak langsung dengan program yang konkret bukan sebatas orasi moral.

Tanpa program riil di hulu, maka insiden infeksi HIV baru akan terus terjadi. Laki-laki yang tertular HIV jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS tanpa mereka sadari. Hal ini terjadi karena orang-orang yang tertular HIV/AIDS tidak mengalami tanda-tanda, ciri-ciri atau gejala-gejala yang khas AIDS pada fisiknya dan keluhan kesehatan sebelum masa AIDS (secara statistik antara 5-15 tahun setelah tertular HIV jika tidak mejalani pengobatan dengan obat antiretroviral/ART).

Penyebaran HIV/AIDS bagaikan 'bom waktu' yang kelak bikin AIDS di Indonesia 'bak afrika kedua.' *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun