Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Perjalanan dengan Bus Jadi Seperti Nostalgia karena Ditemai Lagu-lagu Rock Lawas

23 Juli 2023   11:06 Diperbarui: 23 Juli 2023   11:08 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Layar TV di kabin bus (Sumber: otomotif.kompas.com/DOK. LAKSANABUS)

Sudah jamak terjadi di banyak angkutan umum perjalanan diiringi lagu-lagu dangdut, Pantura dan lagu daerah sesuai dengan etnis sopir.

Tapi, lain dengan pengalaman ini. Lepas subuh 25 September 2021 saya naik ke bus Primajasa trayek Kampung Rambutan-Merak.

Pengalaman lama itu mencuat ketika di bulan Mei 2023 saya naik JakLingko dari Jalan Gading Raya, Pisangan Timur, Jakarta Timur, menuju Terminal Kp Melayu. Pak Sopir tampaknya sudah berumur 50-an. Lagu-lagu The Cats terdengar di pagi-pagi walaupun berupa cover version.

Biasanya saya naik bus arah Merak di putaran dekat halte TransJakarta arah ke Pasar Rebo.

Seperti biasanya begitu naik terdengar dentuman bas lagu-lagu dangdut atau teriakan artisnya yang memanggil-manggil nama laki-laki yang biasanya rajin nyawer.

Tapi, kali itu lain dari biasanya. Begitu kondektur membuka pintu bus terdengar dentingan musik yang agak samar-samar yang sangat khas di telinga saya.

Dentingan musik itu membuat saya kaget karena selama 20-an tahun saya sering pulang-pergi melalui trayek itu, ini baru kali kedua telinga saya akrab dengan musik yang mengisi kabin bus.

Biasanya layar TV di depan menunjukkan gambar perempuan memegang mik sambil berteriak: "Bapak yang di pojok, goyang, dong." Itu video dangdut Pantura.

Lagu dangdut pun bergema mengiringi laki-laki yang silih berganti memberikan sawer dengan rencehan Rp 5.000 atau Rp 2.000 agar banyak sehingga bisa berlama-lama joget di panggung.

Tapi, subuh itu alunan musik benar-benar lain dari biasanya. Musik yang sangat khas mengiringi lagu "Sweet Child O' Mine" (Guns N' Roses).

Memang, saya tidak penggemar grup cadas ini, tapi lagu-lagu tertentu yang mereka lantunkan saya nikmati juga.

Bus bergerak ke pintu jalan tol arah Semanggi. Diselingi lagu lain, suara serak Rod Steward menggema dengan lagu "I Don't Want To Talk About It." I don't wanna talk about it How you broke my heart (Syair ini tentu saja akrab di telinga "(Saya tidak ingin membicarakannya, Bagaimana kamu menghancurkan hatiku).

Bus terus meluncur arah Kebon Jeruk. Beberapa lagu lagu tidak begitu akrab di telinga saya, tapi alunan musiknya bikin telinga nyaman.

Syair lagu "Hotel California" yang dilantukan Eagles membuat saya terjaga. Saya lihat ke luar bus sudah mendekati Karawaci, Tangerang, Banten. Itu artinya sudah beberapa lagu yang tidak saya dengar.

Setelah lagu itu saya terlelap. Tapi, tiba-tiba terjaga lagi karena lagu "Soldier of Fortune" (Deep Purple) menggema. Hari mulai terang dengan sinar mentari dari timur, tapi mata rasanya masih ingin terlelap.

Beberapa lagu berlalu, tapi petikan gitar dan tabuhan drum Nazareth yang melantunkan "Love Hurts" bikin terjaga lagi.

Lagu silih berganti, tapi lagu-lagu lawas rock. Kali ini mendekati pintu tol Serang Timur. Petikan gitar yang sangat khas Ritchie Blackmore bukan di grup Deep Purple, tapi Rainbow yang mengiringi lagu "The Temple of The King."

Bus masuk kea rah Terminal Pakupatan, Kota Serang, Banten. Saya masih terlelap. Musik berhenti, "Oom dan Tante, Bapak dan Ibu, kami hanya minta seikhlasnya" lalu jrang jreng ....

Setelah pengamen turun Pak Sopir kembali mengeraskan volume musik. Lagu pun berganti dengan syair mengetuk pintu surga ....

Muncul pengetuk pintu surga .... "Knockin' On Heaven's Door" yang dilantukan Bob Dylan. Knock-knock-knockin' on heaven's door ....

Selanjutnya lantunan lagu "Alone" (Heart), tapi lagu ini terputus karena ada pengamen naik membuat Pak Sopir mengecilkan volumenya.

Bus keluar di pintu tol Cilegon Barat. Saya turun di Damkar, Kota Cilegon, Banten.

Saya melirik Pak Sopir sambil mengucapkan terima kasih. Pak Sopir itu mungkin berumur sekitar 40-an tahun sehingga boleh dibilang lagu-lagu yang dia mainkan bukan lagu di usia remajanya. *

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun