Gay (laki-laki yang secara seksual tertarik dengan laki-laki): HIV/AIDS pada gay ada di terminal terakhir karena gay tidak mempunyai istri sehingga penyebaran hanya terjadi pada komunitas gay.
Biseksual (laki-laki atau perempuan yang secara seksual tertarik dengan sejenis): biseksual jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS, terutama laki-laki biseksual, kepada istri atau pasangan seks lainnya. Di rumah mereka heteroseksual, tapi di luar rumah bisa jadi berperan sebagai homoseksual.
Transgender (ini dikenal sebagai Waria): Sebuah studi di Surabaya, Jatim, pada awal tahun 1990-an menunjukkan mayoritas pelanggan waria adalah laki-laki beristri.
Celakanya, ketika melakukan hubungan seksual dengan Waria para laki-laki beristri itu justru jadi 'perempuan' (dianal), sedangkan Waria jadi 'laki-laki' (menganal). Maka, risiko tertular HIV/AIDS pada laki-laki yang dianal lebih besar daripada yang menganal (Waria).
Di bagian lain disebutkan: Diungkapkan, salah satu faktor yang menyebabkan HIV/AIDS ini adalah LGBT.
Pernyataan ini tidak akurat karena data Kemenkes RI menunjukkan:
Transmisi HIV/AIDS melalui heteroseksual sebesar 28,6%, bandingkan dengan homoseksual 19,0%.
Dari aspek faktor risiko heteroseksual 69,1%, sedangkan homoseksual 10,1%.
LGBT (kecuali transgender) hanya ada di alam pikiran, maka yang jadi persoalan adalah kalau mereka melakukan hubungan seksual dengan pola LGBT karena itu melawan norma, moral, agama dan hukum.
Tapi, tunggu dulu!
Pasangan suami-istri sebagai heterosekual juga tidak sedikit yang melakukan perilaku seksual LGBT, seperti seks oral dan seks anal serta posisi "69". Perilaku pasangan suami-istri ini juga jelas melawan norma, moral, agama dan hukum, tapi tidak pernah dibicarakan secara terbuka.