Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Serial Santet #42 Orang Lain Menumpangkan Tuyul di Rumah tapi Penghuni yang Jadi Tertuduh

11 Juni 2023   09:18 Diperbarui: 2 November 2023   13:47 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selepas salat malam di sebuah rumah kontrakan di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur, di awal tahun 1990-an ada sosok perempuan berambut panjang yang keluar dari kamar tengah melenggang ke arah dapur.

Saya pikir itu hanya bayangan karena selama tiga tahun tinggal di rumah itu tidak ada sesuatu yang aneh.

Beberapa tahun kemudian saya pindah ke bilangan Pisangan Timur, Jakarta Timur. Tetap tidak ada yang aneh, tapi beberapa orang selalu mengatakan rumah yang saya tempati itu gelap dan kelihatan panas.

Sama sekali saya tidak pernah berpikir ke hal-hal yang di luar pemikiran akal sehat. Tapi, (alm) Ketua RW di tempat tinggal saya berkali-kali meminta saya untuk tetirah [KBBI: pergi ke tempat lain dan tinggal sementara waktu (untuk memulihkan kesehatan dan sebagainya)]. "Pak, Ipul, tolonglah sementara tetirah," kata Pak RW itu ketika bertemu dalam berbagai kesempatan.

Saya juga selalu bertanya: Mengapa dan untuk apa?

Tapi, dengan nada rendah Pak RW itu hanya mengatakan, "Ya, tetirah saja dulu, Pak!"

Sampai beberapa tahun saya tidak ikuti anjuran Pak RW. Pada waktunya saya menjalani pengobatan alternatif ke Banten karena beberapa keluhan yang saya alami tidak bisa disembuhkan dengan obat medis.

Setelah berobat ke Banten barulah semuanya terkuak. Rupanya, saya jadi sasaran santet karena jadi tumbal untuk pesugihan yang dilakukan kerabat mantan orang dekat.

Saya ingat betul ketika baru masuk ke rumah Bu Haji Emun di Pandeglang, Banten, Bu Haji geleng-gelang sambil berdecak: "Kalau Bapak tidak rajin puasa Senin-Kemis dan salat malam, Bapak ke sini sudah di kursi roda."

Saya bingung sambil mengurut dada dan mengucap syukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun