Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menghadang Coldplay dengan Pijakan LGBT yang Salah Kaprah

25 Mei 2023   11:31 Diperbarui: 25 Mei 2023   11:44 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rencana konser musik band Inggris, Coldplay, di GBK pada 15 November 2023 dihadang penolakan terkait dengan isu LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender).

Harga tiket konser dipatok mulai dari Rp 800.000 -- Rp 11 juta tergantung posisi tempat duduk. Konser besar yang pernah manggung di GBK, dulu Stadion Utama Senayan, antara lain Deep Purple pada tahun 1975.

Baca juga: Mengenang Perjalanan dari Yogyakarta Menonton Konser Deep Purple di Senayan Jakarta Tahun 1975

Berawal dari cuitan WN Malaysia, anggota parlemen dari PAS (Partai Islam Se-Malaysia), Nasrudin Hassan, di Twitter (11/5-2023) yang mengatakan vokalis Coldplay, Chris Martin, sebagai sekutu LGBT+ yang ditandai dengan kebiasaan Martin mengibas-ngibaskan bendera pelangi, dikaitkan dengan symbol dukungan kepada LBGT, ketika konser. Dia meminta agar rencana konser itu di Kuala Lumpur dibatalkan (thepinknews.com, 11/5-2023).

Coldplay sendiri dijadwalkan manggung di Malaysia pada 22 November 2023 yang juga mendapat penolakan keras.

Terlepas dari perilaku Martin di panggung sejauh ini tidak ada konfirmasi dari Coldplay atau Martin tentang orientasi seksual mereka dan dukungan ke LGBT secara resmi.

Vokalis Coldplay, Chris Martin, di panggung (Foto: thepinknews.com/Santiago Bluguermann/Getty Images)
Vokalis Coldplay, Chris Martin, di panggung (Foto: thepinknews.com/Santiago Bluguermann/Getty Images)

Dengan mendukung LGBT tidak otomatis menjadikan seseorang berorientasi homoseksual karena bisa saja sebagai dukungan untuk mencegah diskriminasi dan persekusi terhadap LGBT.

Celakanya, ada saja berita, artikel dan talkshow di media massa dan media online yang membasa LGBT keluar dari konteks LGBT sebagai orientasi seksual, kecuali transgender karena ini merupakan identitas gender.

Wakil Ketua MUI, Anwar Abbas, yang bicara di acara talkshow di TVOne, 23/5-2023, pada acara "Apa Kabar Indonesia Malam" menyoal mengapa LGBT tidak masuk ranah pidana di KUHP yang baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun