Hal yang sama terjadi pada kompetisi Piala Asia U-17 tahun 2022. Indonesia disingkirkan Malaysia karena salah perhitungan.
Baca juga: Lagi-lagi Timnas Sepak Bola Indonesia Jadi Korban Hiperrealitas Kali Ini U-17
Agaknya, setengah orang terlalu mudah terbuai dengan berita dan kabar yang ditulis dengan hiperbol [KBBI: ucapan (ungkapan, pernyataan) kiasan yang dibesar-besarkan (berlebih-lebihan), dimaksudkan untuk memperoleh efek tertentu] yang justru berbau hiperrealitas.
Seperti yang terjadi terhadap Lalu Muhammad Zohri, pemuda asal NTB, yang memenangkan lomba lari 100 meter (sprint) di Kejuaraan Amatir Inrternasional U-20 di Finlandia. Ada fakta yang tidak muncul yaitu itu kejuaraan amatir, di tingkat pro waktunya di bawah 10 detik, sedangkan Zohri di atas 10 detik.
Baca juga: Banjir Pemberitaan tentang Zohri, Semoga Tidak Sampai pada Hiperrealitas
Pemberitaan yang tidak objektif akhirnya menyesatkan dan merugikan Zohri karena pada kejuaraan berikutnya tidak ada kabar Zohri  pecahkan rekor Asia, dunia atau olimpiade.
Baca juga: Zohri "Korban" Hiperrealitas Pemberitaan Media
Kembali ke sepak bola nasional, PSSI perlu mawas diri dan tidak terperangkap pada prestasi medali emas SEA Games menghadapi kejuaraan Piala Asia 2023 dan Asian Games serta kompetesi lain.
Di babak penyisihan Grup D Piala Asia 2023 Indonesia menghadapi lawan tangguh, seperti Jepang, Irak dan Vietnam.
PSSI perlu mempelajari: Apakah pemain yang dibawa Vietnam ke SEA Games Kamboja 2023 merupakan tim inti ke Piala Asia 2023?
Agar ada kepastian lolos dari grup untuk melaju ke babak 12 besar harus mengalahkan dua tim. Nah, tim mana yang bisa dikalahkan Indonesia? *