Pisang ambon diletakkan di bagian tubuh yang ada benda. Traaaakkkkk .... Kulit terasa disayat, bahkan terkadang berdarah, ketika benda ditarik Bu Haji dari badan.
Bu Haji selalu ingatkan kalau ada perdarahan ketika benda ditarik sebaiknya ke dokter. Ini untuk mencegah infeksi karena benda-benda itu dikirim setelah dilumuri dengan ramuan berupa racun.
"Bapak jangan percaya!" Itulah yang dikatakan seorang dokter di sebuah klinik 24 jam di Jakarta Timur. Bu Dokter itu bahkan ceramah soal agama yang dia kaitkan dengan santet.
Akhirnya, saya buka suara, "Maaf, Bu Dokter, saya ke sini mau berobat karena takut infeksi karena ada benda ditarik dari badan saya." Akhrinya Bu Dokter memberikan obat antiradang.
Sama halnya dengan sakit perut pasca Lebaran 2023, saya pun berpikir ada campur tangan nonmedis sehingga setelah dua kali ke dokter saya ke rumah Bu Haji.
Sakit perut di penghujung tahun 2019 ternyata ada penyebab nonmedis. "Astaga, ini bambu mayit," kata Bu Haji sambil menarik benda sebesar anak korek api dari pisang ambon yang sebelumnya diletakkan ke perut saya.
'Bambu mayit' yang disebut Bu Haji adalah potongan bambu aling-aling jenazah di dalam kuburan, ada juga yang memakai papan.
Tujuan mengirim potongan 'bambu mayit' itu, menurut Bu Haji, untuk memanggil korban dengan tujuan agar mati. Tapi, umur di tangan Tuhan, namun santet bikin korban menderita lahir dan batin dengan simpton penyakit-penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara medis.
Kali ini, Lebaran kemarin, Bu Haji tarik binatang kecil dari perut saya. Pisang ambon penuh dengan binatang kecil, dikenal sebagai kutu beras, yang ditarik Bu Haji dari perut dan bagian badan lain.
Alhamdullillah, setelah itu perut berangsur membaik dan tidak ada lagi keluhan seputar perut.
Yang membayar dukun mengirim santet bisa diketahui, tapi tidak bisa dibawa ke ranah hukum karena pembuktiannya tidak bisa secara empiris.