'Seks bebas' tetap jadi jargon moral yang dikaitkan dengan HIV/AIDS, padahal 'seks bebas' adalah mitos yang menyesatkan dalam informasi HIV/AIDS
"Selama tahun 2022, terdapat 52 orang di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah yang didiagnosa mengidap penyakit HIV/AIDS." Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya, Andjar Hari Purnomo, 4/10-2022. Ini ada dalam berita "Selama Tahun 2022, 52 Orang di Palangka Raya Didiagnosa Penyakit HIV/AIDS" di kumparan.com (4/10-2022).
Tidak jelas apakah pernyataan di atas kutipan langsung dari Andjar atau kesimpulan wartawan, bisa juga redaktur, yang menulis berita ini.
Soalnya, status HIV seseorang berdasarkan tes HIV yang sesuai dengan standar prosedur operasi tes HIV yang baku. Misalnya, konseling sebelum dan sesudah tes, informed consent, anomiminas dan konfidensial (kerahasiaan).
Selanjutnya HIV/AIDS bukan penyakit. HIV adalah virus yang tergolong retrovirus yaitu virus yang bisa menggandakan diri sendiri. Dalam hal ini di sel darah putih manusia karena HIV ada RNA dan manusia punya DNA.
Sementara itu AIDS adalah kondisi pada seseorang yang tertular HIV. Secara statistik masa AIDS terjadi antara 5-15 tahun setelah tertular HIV jika tidak menjalani pengobatan antiretroviral/ART. (lihat matriks masa AIDS).
Disebutkan: Selama tahun 2022, terdapat 52 orang di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, ....
Yang perlu diingat adalah jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan (52) tidak menggambarkan jumlah kasus yang sebenarnya di masyarakat Kota Palangka Raya karena karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es.
Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan atau terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat gambar).