Jumlah kasus yang dilaporkan ini (2.207) tidak menggambarkan jumlah kasus yang sebenarnya di masyarakat karena epidemi HIV/AIDS karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es.
Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan atau terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat gambar).
Ada lagi pernyataan: Dari jumlah keseluruahan, sebut Mary, setidaknya ada 171 orang meninggal dunia akibat, terinfeksi virus mematikan tersebut. "Jumlah yang meninggal ada 171 orang," ujarnya.
Yang menyebabkan kematian pengidap HIV/AIDS bukan (virus) HIV karena HIV bukan virus yang mematikan. Penyebab kematian pengidap HIV/AIDS adalah penyakit-penyakit yang muncul di masa AIDS, disebut infeksi oportunisik, (secara statisti antara 5-15 tahun setelah tertular HIV jika tidak meminum obat antiretroviral/ARV), seperti diare, pneumonia, TB dan lain-lain (lihat matriks masa jendela).
Disebutkan oleh Anggota Komisi D DPRD Kota Depok, Imam Musanto: .... penularan HIV/Aids di Kota Depok dipengaruhi sejumlah faktor. "Pertama, yang saya perhatikan dari pergaulan yang sangat mengkhawatirkan di saat seperti sekarang ini. Kedua, faktor orangtua yang punya HIV/Aids kemudian anaknya menjadi korban, dan anaknya tertular."
Kasus-kasus HIV/AIDS baru tidak ada kaitannya dengan pergaulan, tapi karena ada warga yang pernah atau sering melakukan salah satu atau beberapa perilaku seksual berisiko di atas.
Ada lagi pernyataan: Meski begitu, ungkap Erdy (Pegiat HIV/Aids di Kota Depok, Erdyansyah-pen.), kemajuan penanggulangan HIV/Aids di Kota Depok dapat terlihat dari bertambahnya unit pelayanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP).
PDP adalah langkah di hilir. Yang diperlukan adalah langkah konkret di hulu mencegah warga melakukan perilaku berisiko tinggi tertular HIV/AIDS.
Tanpa program yang ril di hulu, maka insiden infeksi HIV baru akan terus terjadi.