Kata yang lebih pas adalah 'paling banyak' yaitu pengidap HIV/AIDS paling banyak terdeteksi pada laki-laki bukan didominasi laki-laki.
Beberapa studi menunjukkan seorang pekerja seks komersial (PSK) setiap malam melayani hubungan seksual dengan 3 sampai 5 laki-laki (Lihat matriks di atas).
Nah, jumlah laki-laki bertambah 1 yaitu yang menularkan HIV/AIDS ke PSK.
Maka, secara empiris matriks di atas menunjukkan jumlah laki-laki yang berisiko tertular HIV/AIDS melalui hubungan seksual dengan PSK lebih banyak dari PSK.
Selanjutnya, jumlah perempuan, dalam hal ini ibu rumah tangga (istri) yang berisiko tertular HIV/AIDS juga lebih banyak daripada PSK. Misalnya, dari 5 laki-laki yang dilayani 1 PSK ada 3 yang beristri. Ini setiap malam sehingga jumlah laki-laki akan bertambah ibarat deret ukur, sedangkan PSK tetap 1.
Dalam berita-berita tersebut sama sekali tidak ada penjelasan mengapa dan bagaimana bisa laki-laki lebih banyak yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS.
Sebagian dari laki-laki dengan perilaku seksual berisiko tinggi tertular HIV/AIDS adalah remaja, pemuda dan lajang yang tidak punya istri, biseksual (lajang dan punya istri) serta homoseksual. Ini mengurangi jumlah perempuan yang berisiko tertular HIV/AIDS.
Celakanya, sumber berita itu pun, seperti dinas kesehatan dan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), tidak memberikan penjelasan yang akurat tentang mengapa lebih banyak laki-laki yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS.
Akibatnya, informasi perihal 'lebih banyak laki-laki' yang mengidap HIV/AIDS hanya sebatas talking news yang berada di awang-awang.