Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hanya Warga yang Bisa Memutus Mata Rantai Penyebaran HIV/AIDS

1 Oktober 2022   00:07 Diperbarui: 1 Oktober 2022   00:13 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang bisa dilakukan, itu pun hanya sebatas menurunkan, jumlah insiden infeksi HIV baru, seperti yang dilakukan Thailand, adalah intervensi terhadap laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK) melalui program 'wajib kondom 100 persen.'

Laki-laki dipaksa memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual dengan PSK di lokalisasi pelacuran dan rumah bordil melalui mekanisme yang diatur secara hukum.

Tapi, praktek pelacuran harus dilokalisir. Pada perilaku di atas ada pada nomor 5. Tapi, di Indonesia program itu tidak bisa dijalankan karena praktek pelacuran tidak dilokalisir.

Apalagi sekarang lokalisasi pelacuran sudah pindah ke media sosial yang membuat transaksi melalui ponsel dengan eksekusi sembarang waktu dan di sembarang tempat.

Nah, pertanyaan untuk Dede: Bagaiman hukum bisa menghentikan perilaku seksual berisiko di atas?

Terkait dengan ' .... jika seorang penderita HIV/AIDS dengan sadar sengaja menularkannya kepada orang lain, maka ia akan mendapatkan hukuman yang berat' justru yang terjadi pada epidemi HIV/AIDS sekitar 90% penularan justru terjadi tanpa disadari oleh yang menularkan.

Hal ini terjadi karena tidak otomatis ada ciri-ciri, tanda-tanda dan gejala-gejala yang khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan orang-orang yang tertular HIV sebelum masa AIDS (secara statistik antara 5-15 tahun setelah tertular HIV jika tidak minum obat antiretroviral/ARV).

Kondisinya kian runyam karena media massa dan media online diperburuk pula oleh media sosia yang mengumbar berita dan artikel tentang ciri-ciri, tanda-tanda dan gejala-gejala yang terkait HIV/AIDS tanpa mengaitkannya dengan prakondisi.

Baca juga: Gejala HIV/AIDS Tidak Otomatis Terkait dengan Infeksi HIV/AIDS

Akibatnya, banyak orang pernah atau sering melakukan perilaku seksual berisiko tertular HIV/AIDS tapi tidak mengalami ciri-ciri, tanda-tanda dan gejala-gejala AIDS sehingga mereka merasa tidak tertular HIV/AIDS. Dengan kondisi ini mereka tetap melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan pasangannya, seperti istri, yang akhirnya terjadi penularan HIV/AIDS.

Baca juga: Gejala HIV/AIDS Tidak Otomatis Membuktikan Sudah Tertular HIV/AIDS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun