(9). Laki-laki dewasa homoseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks anal dan seks oral) dengan pasangan yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi yang menganal tidak memakai kondom,Â
(10). Laki-laki dewasa biseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks anal, seks vaginal dan seks oral) dengan laki-laki atau perempuan yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi tidak memakai kondom.Â
Sedangkan perilaku nonseksual yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS adalah:
(11). Laki-laki dan perempuan yang pernah atau sering menerima transfusi darah yang tidak diskrining HIV,
(12). Laki-laki dan perempuan yang pernah atau sering memakai jarum suntik dan tabungnya secara bersama-sama dengan bergiliran pada penyalahgunaan Narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) dengan jarum suntik, karena bisa saja ada di antara mereka yang mengidap HIV/AIDS sehingga darah yang mengandung HIV bisa masuk ke jarum dan tabung.
Yang perlu diingat adalah hasil tes HIV yang negatif hanya berlaku ketika contoh darah diambil untuk tes. Setelah tes HIV bisa saja yang bersangkutan melakukan perilaku berisiko tertular HIV/AIDS.
Ketika seorang istri yang hamil terdeteksi HIV-positif atau ketika melahirkan, maka bisa terjadi suami menuduh istrinya yang selingkuh karena dia pegang surat keterangan HIV-negatif.
Baca juga: Tes HIV sebelum Menikah Bisa Jadi Bumerang
Itu artinya tes HIV sebelum menikah bisa jadi bumerang bagi sebuah pasangan suami-istri.
Istri terdeteksi HIV-positif ketika hamil bisa terjadi pada pasangan dengan status HIV-negatif saat menikah (Lihat matriks Istri Melahirkan Anak dengan HIV/AIDS Setelah Menikah)