Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Risiko Tertular HIV/AIDS Tidak Semata-mata karena Kegiatan Amoral

21 September 2022   14:28 Diperbarui: 21 September 2022   14:39 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Matriks: Sifat dan kondisi hubungan seksual terkait dengan risiko penularan HIV/AIDS. (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Kalau benar seks bebas penyebab HIV/AIDS, maka semua orang di muka Bumi ini yang pernah melakukan seks bebas berarti sudah jadi pengidap HIV/AIDS. Dengan jumlah pelaku seks bebas yang banyak di dunia tidak membuat jumlah kasus HIV/AIDS global sampai ratusan juta atau miliaran.

Laporan UNAIDS (Badan PBB yang menangani HIV/AIDS) menunjukkan jumlah kasus HIV/AIDS di dunia pada akhir tahun 2021 sebanyak 38,4 juta dengan kasus baru 1,5 juta per tahun.

Dalam kamus-kamus Bahasa Inggris tidak ada entri free sex (free ---- atau ----- sex). Yang ada adalah free love (The Advanced Learner's Dictionary of Current English, A.S. Hornby, E.V. Gatenby, H. Wakefield, Second Edition, Oxford University Press, London, 1963. Disebutkan free love = sexual relations without marriage yaitu hubungan seksual tanpa nikah (halaman 397).

Disebutkan: Menurut dia (Charisma-pen.), moral mahasiswa di lapangan sudah bias. Mereka tidak dapat lagi membedakan mana yang baik dan buruk karena sudah hiper.

Dari aspek seksualitas menyalurkan libido merupakan hak dan pemenuhan kebutuhan biologis dan tidak terkait dengan baik atau buruk. Jika dikaitkan dengan baik atau buruk itu di ranah moral dan agama.

Penyaluran libido tidak bisa diganti dengan kegiatan lain selain hubungan seksual penetrasi atau 'seks swalayan' (onani pada laki-laki dan masturbasi pada perempuan). Tapi, secara empiris 'seks swalayan' tidak menuntaskan libido.

Maka, setiap orang, bahkan yang mempunyai istri, ada hasrat menyalurkan libido melalui hubungan seksual, maka yang perlu dilakukan pemerintah adalah memberikan informasi tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS yang akurat berpijak pada medis.

Masalahnya adalah selama ini materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang HIV/AIDS selalu dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama sehingga menenggelamkan fakta medis dan menyuburkan mitos (anggapan yang salah).

Misalnya, seperti dalam berita ini disebutkan HIV/AIDS muncul karena seks bebas, padahal seks bebas adalah sifat hubungan seksual yang bukan jadi penyebab penularan HIV/AIDS.

Begitu juga dengan penyebutan pergaulan bebas yang sama sekali tidak terkait dengan penularan HIV/AIDS. Kalau sepasang manusia, anak sekolah, remaja, mahasiswa dan dewasa melakukan seks bebas dan pergaulan bebas dengan kondisi keduanya HIV-negatif, maka tidak ada risiko penularan HIV/AIDS.

Ada lagi pernyataan: Komunikasi Kesehatan tidak membahas medis dan kedokteran secara spesifik. Melainkan kontribusi komunikasi di dunia kesehatan. Misalnya tindakan preventif yang bisa dilakukan insan komunikasi untuk menanggulangi penyakit, dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun