Ada pula pernyataan: Ati menjelaskan, sebelum tahun 2000, kebanyakan kasus HIV/AIDS disebabkan penyalahgunaan narkotika suntik.
Mengapa banyak kasus HIV/AIDS yang dilaporkan karena penyalahgunaan Narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) dengan jarum suntik secara bersama-sama dengan memakai jarum suntik bergiliran?
Hal itu terjadi karena penyalahguna Narkoba yang akan menjalani rehabilitasi wajib tes HIV, sehingga banyak kasus yang terdeteksi.
Sebaliknya, tidak ada mekanisme untuk memaksa orang-orang dengan perilaku seksual berisiko untuk menjalani tes HIV.
Disebut pula: Namun saat ini, penderita HIV/AIDS kebanyakan disebabkan oleh perilaku seks bebas.
Dalam berita ini tidak ada penjelasan apa yang dimaksud dengan 'seks bebas' karena sampai detik ini tidak satupun dari orang-orang yang selalu mengumbar 'seks bebas' bisa memberikan arti yang sebenarmya dari 'seks bebas.'
Baca juga: Seks Bebas Jargon yang Jadi Kontra Produktif terhadap Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia
Lagi pula penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual penetrasi (vaginal, anal dan oral) bukan karena sifat hubungan seksual (zina, seks bebas, seks pranikah, selingkuh, homoseksual dan lain-lain), tai karena kondisi saat terjadi hubungan seksual yaitu salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom. Ini fakta (Lihat matriks Sifat dan kondisi hubungan seksual).
Informasi tentang HIV/AIDS di Indonesia tidak akurat karena dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama serta tidak berpijak pada fakta medis sehingga yang sampai ke masyarakat hanya mitos (anggapan yang salah).
Disebutkan pula: Adapun upaya pencegahan yakni dengan meningkatkan akses layanan kesehatan dan memberikan edukasi kepada masyarakat beresiko agar mau mendatangi fasilitas kesehatan untuk mengeceknya.