Mumpung RKUHP belum diketok oleh DPR perlu juga memasukkan satu pasal tentang orang-orang yang menyalahkan korban pelecehan dan kekerasan seksual sebagai tindak pidana agar ada efek jera dan laki-laki pelaku tidak lagi merasa di atas angin.
Selain itu banyak berita tentang JA di media massa (koran dan TV) serta media online dan portal berita tentang JA yang diperkosa selama beberapa tahun dan akhirnya terdeteksi HIV-positif juga tidak dibawa ke realitas sosial di social settings.
Realitas sosial yang sangat kental adalah: Salah satu laki-laki yang memerkosa JA mengidap HIV/AIDS yang menularkan HIV/AIDS ke JA melalui hubungan sesual penetrasi (seks anal, oral atau anal).
Dalam berita helath.detik.com (16/9-2022) disebutkan keterangan dari Ketua Perhimpunan Tionghoa Demokrat Indonesia (Pertidi), David Ang, ada jamur di tenggorokan JA. Itu bisa jadi karena seks oral dengan laki-lai pengidap IMS atau HIV/AIDS atau keduanya.
IMS adalah infeksi menular seksual yaitu penyakit-penyakit infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, antara pengidap IMS ke orang lain dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, yaitu: kencing nanah (GO), raja singa (sifilis), klamdia, jengger ayam, virus hepatitis B, virus kanker serviks, trikomona, herpes genitalis, dan kutil kelamin.
Davis juga menyebutkan hasil visum yang menunjukkan dubur JA membesar. Itu artinya ada laki-laki yang seks dengan JA gemar seks anal, bisa heteroseksual, homoseksual (gay atau waria) dan bisa pula seorang bisekual.
Masalah HIV/AIDS di Kota Medan terkait dengan JA jadi persoalan besar, yaitu:
Pertama, laki-laki yang menularkan HIV/AIDS ke JA dalam kehidupan sehari-hari bisa sebagai seorang suami sehingga istrinya berisiko tertular HIV. Jika istrinya tertular HIV/AIDS, maka ada pula risiko penularan HIV/AIDS secara vertikal ke janin yang dikandungnya kelak terutama saat persalinan dan menyusui dengan air susu ib (ASI). Bisa juga terjadi laki-laki itu mempunyai istri lebih dari satu dan ada pula perempuan selingkuhannya serta jadi pelanggan pekerja seks komersial (PSK).
Kedua, ketika David menangani JA sudah ada tanda-tanda terkait HIV/AIDS yaitu jamur di tenggorokan. Itu artinya minimnal JA sudah tertular HIV/AIDS lima tahun sebelumnya (Lihat matriks masa jendela).
Ketiga, dalam beberapa berita disebutkan JA dijadikan cewek penghibur oleh kerabatnya yang berperan sebagai germo. Itu artinya paling tidak selama lima tahun ke belakang sudah banyak laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan JA.