(4). Perempuan dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan waria (heteroseksual) yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi waria tidak memakai kondom,
(5). Perempuan dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan gigolo yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi gigolo tidak memakai kondom,
(6). Laki-laki atau perempuan dewasa biseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan pasangan yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,Â
(7). Laki-laki dewasa homoseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks anal dan seks oral) dengan pasangan yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi yang menganal tidak memakai kondom,Â
Maka, sesorang yang mengalami ciri-ciri, tanda-tanda atau gejala-gejala yang disebut terkait dengan HIV/AIDS, bahkan berulang, tapi tidak pernah melakukan salah satu atau beberapa perilaku berisiko di atas, maka ciri-ciri, tanda-tanda atau gejala-gejala yang dialami yang bersangkutan sama sekali tidak terkait dengan infeksi HIV.
Sebaliknya, seseorang yang pernah atau sering melakukan salah satu atau beberapa perilaku berisiko seksual biarpun tanpa ciri-ciri, tanda-tanda atau gejala-gejala yang disebut terkait dengan HIV/AIDS tidak berarti yang bersangkutan bebas HIV/AIDS.
Soalnya, seseorang yang pernah atau sering melakukan salah satu atau beberapa perilaku seksual berisiko di atas ada pada kondisi berisiko tinggi tertular HIV/AIDS. Maka, bagi seseorang yang pernah atau sering melakukan salah satu atau beberapa perilaku seksual berisiko biarpun tanpa ciri-ciri, tanda-tanda atau gejala-gejala dianjurkan menjalani tes HIV secara sukarela.
Baca juga: Informasi tentang Ciri HIV yang Menakutkan Sekaligus Menyesatkan
Dalam berita disebutkan pula: Virus ini juga dapat ditularkan melalui transfusi darah atau transplantasi organ dan jaringan. Namun, pengujian HIV yang ketat di antara donor darah, organ, dan jaringan memastikan bahwa hal ini sangat jarang terjadi.
Kalau saja wartawan yang menulis berita ini mewawancarai dokter yang khusus menangani HIV/AIDS dan melihat realitas sosial di tempat transfuse darah, maka akan diperoleh informasi yang akurat berupa realitas sosial di social settings.