Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Serial Santet #39: Menyasar Mata dengan Tanam Paku di Hidung

13 September 2022   13:11 Diperbarui: 13 September 2022   15:32 1145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Ajie menyiapkan bahan untuk menari paku yaitu tumbukan dedaunan, semacam cocor bebek, yang banyak tumbuh di tepi jalan di sekitar rumah Pak Ajie. Tumbukan dedaunan ditempelkan ke paku yang ada di hidung.

Dalam santet melalui proses dematerialisasi yang dilakukan duku paku berubah menjadi jelly. Kemudian dengan bantuan makhluk halus jelly dikirim dengan memakai minyak khusus, asal Turki, ke badan saya. Di tangan dukun sudah ada foto dan bagian-bagia tubuh serta pakaian saya yang jadi 'kompas' bagi makhluk halus mencari saya.

Dengan memakai keris kecil Pak Ajie menarik paku dari ujung hidung. Sakit memang, tapi jauh lebih saki dan menderita jika terus-menerus batuk dan mengeluarkan ingus serta hidung dan mata sakit.

Flu mulai reda dan mata tidak panas lagi. Tapi, batuk tetap saja yang akhirnya saya dirujuk ke doker spesialis THT. Rupanya, racun yang dikirim dengan paku itu kuat membuat gumpalan dahak bertahan. Dengan obat dari doker THT batuk dan dahak hilang sudah.

Saya dan dua anak saya jadi korban santet karena dijadikan tumbal oleh anggota keluarga yang memelihara 'buto ijo' untuk pesugihan. Soal tumbal sudah selesai karena 'senjata makan tuan' mereka yang mati, tapi saya hancur luluh-lantak karena selain tumbal nyawa juga menyasar harta.

Sampai sekarang mereka terus menyantet saya dengan tujuan agar saya celaka. naudzubillah min dzalik ....

Memang, sejak tahun 1983 saya sudah jadi sasaran santet dan korban pamuragan (tanah kuburan yang dijadikan alat untuk menghacurkan lawan dalam berbagai hal, seperti usaha, dan lain-lain).

Tapi, baru awal tahun 2000-an saya ketahui ketika seorang dokter 'menyerah' mengobati penyakit yang saya derita, seperti sakit kapala, nyeri di leher dan sendi. Saya pun akhirnya dapat semacam jalan untuk berobat ke 'orang pintar' di Banten.

Alhamdulillah, penyakit bisa diobati, tapi santet terus-menerus dikirim ke saya sampai sekarang. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun