Jargon ngawur ini bermula dari era 1970-an di zaman keemasan kauu hippies dengan gaya hidup bebas yang selanjutnya dikait-kaitkan pula dengan 'free sex.' Celakanya, dalam kamus-kamus Bahasa Inggris tidak ada entri 'free sex' (free ---- atau ---- sex). Yang ada adalah 'free love' yaitu hubungan seksual tanpa ikatan nikah (The Advanced Learner's Dictionary of Current English, Oxford University Press, London, 1963).
Dalam sebuah diskusi di Facebook penulis berhadapan dengan beberapa cewek. Saya lempar isu ini: Coba bayangkan 10 teman cowokmu, berapa yang pernah zina?
Apa jawab mereka?
"Sorry, ya, teman-teman cowok saya tidak pernah gituan ke lokalisasi."
Saya tanya: Kalau antar sesama teman, apakah dilakukan sebagai bentuk zina?
Eh, semua kabur.
Nah, dari berbagai kegiatan tekait dengan HIV/AIDS saya menyimak 'seks bebas' itu memang kaitannya dengan berzina dengan PSK ke lokalisasi pelacuran.
Maka, kemudian banyak orang yang membuat kesimpulan: yang bikin orang tertular HIV/AIDS adalah zina dengan PSK di lokalisasi pelacuran (baca 'seks bebas')!
Selanjutnya orang pun menghindari 'seks bebas' dengan membawa cewek yang tidak diketahui status HIV-nya ke kamar kos, penginapan, losmen, hotel melati, hotel berbintang atau apartemen agar tidak tertular HIV/AIDS karena itu bukan 'seks bebas.'
Apa yang terjadi kemudian?
Yang mereka lakukan itu adalah perilaku seksual yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, maka tidaklah mengherankan kalau kemudian kian banyak orang di negeri ini yang tertular HIV/AIDS.