Seseorang rentan tertular HIV/AIDS karena perilaku seksualnya yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS bukan karena berada pada rentang usia muda
Awas! Anak Muda Lebih Rentan Kena HIV AIDS, Ini Penyebabnya. Ini judul berita di cnbcindonesia.com (29/8-2022).
Judul berita ini termasuk misleading (menyesatkan) karena tidak ada kaitan antara usia dan penularan HIV/AIDS baik melalui hubungan seksual penetrasi (vaginal, anal dan oral) maupun melalui perilaku nonseksual.
Di lead berita itu disebutkan pula: Penyakit HIV dan AIDS di Indonesia banyak menyerang kelompok usia produktif. Faktanya, anak muda memang lebih rentan terkena penyakit mematikan tersebut.
Ada beberapa hal yang ngawur di lead berita ini, yaitu:
Pertama, HIV dan AIDS bukan penyakit. HIV adalah virus yang tergolong retrovirus yaitu virus yang menggandakan diri di sel darah putih manusia.
Sedangkan AIDS adalah kondisi seseorang yang mengidap HIV/AIDS di masa AIDS (secara statistik antara 5-15 tahun setelah tertular HIV jika tidak menjalani pengobatan dengan obat antiretroviral/ATR).
Penyebutan AIDS sebagai penyakit pun hanya sebatas terminologi karena AIDS bukan penyakit, tapi kondisi yang mengacu ke sindroma sekumpulan gejala penyakit pada seseorang yang tertular HIV/AIDS (Syaiful W. Harahap, Pers Meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan/Ford Foundation, Jakarta, 2000, hlm. 16).
Kedua, sebagai virus HIV tidak menyerang. Buktinya, ketika HIV masuk ke tubuh manusia sistem pertahanan atau kekebalan tubuh tidak melakukan perlawanan seperti yang terjadi pada bakteri, kuman atau virus lain jika masuk ke tubuh akan mendapat perlawanan.
Ketiga, soal usia produktif (20 -- 49 tahun). Adalah hal yang realistis secara empiris jika kasus HIV/AIDS banyak terdeteksi di kalangan usia itu karena pada rentang usia itu libido (hasrat atau dorongan seksual) sangat tinggi. Celakanya, libido tidak bisa diganti (disubstitusi) dengan kegiatan lain selain hubungan seksual penetrasi atau 'swalayan' (onani pada laki-laki dan masturbasi pada perempuan).