Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ratusan Mahasiswa Bandung yang Tertular HIV/AIDS karena Terperangkap Mitos

27 Agustus 2022   03:38 Diperbarui: 27 Agustus 2022   03:41 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Matriks: Sifat dan kondisi hubungan seksual terkait dengan risiko penularan HIV/AIDS. (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Penularan HIV melalui darah bisa terjadi lewat transfusi darah yang tidak diskrining HIV. Itulah sebabnya ada syarat darah yang akan ditransfusi terlebih dahulu harus diskrining atau dilakukan tes terkait HIV. Selain itu bisa pula melalai jarum suntik dan alat-alat kesehatan yang bisa menyimpan darah, seperti jarum suntik.

Sedangkan penularan HIV melalui air mani dan cairan vagina terjadi pada saat hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, anal dan oral), di dalam dan di luar nikah, antara seseorang yang mengidap HIV/AIDS dengan pasangannya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom (seks vaginal dan oral) serta yang menganal tidak pakai kondom pada seks anal.

Matriks: Sifat dan kondisi hubungan seksual terkait dengan risiko penularan HIV/AIDS. (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Sifat dan kondisi hubungan seksual terkait dengan risiko penularan HIV/AIDS. (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Bertolak dari cara-cara penularan HIV/AIDS itu kemudian ditemukan cara-cara untuk mencegahnya, dalam hal ini melalui hubungan seksual.

Yang jelas jangan melakukan hubungan seksual dengan yang mengidap HIV/AIDS dengan kondisi penis bersentuhan langsung dengan vagina (permukaan, dinding dan cairan), anal dan mulut.

Persoalanya adalah secara fisik tidak bisa dikenali orang-orang yang mengidap HIV/AIDS karena tidak ada ciri-ciri, tanda-tanda atau gejala-gejala yang khas AIDS pada fisik mereka.

Seseorang disebut mengidap HIV/AIDS hanya bisa diketahui melalui tes HIV sesuai dengan standar operasi tes HIV yang baku. Tes pertama dengan reagent ELISA selanjutnya dikonfirmasi dengan tes Western Blot. Tapi, belakangan WHO memberikan teknik tes HIV tanpa harus dikonfirmsi.

Maka, setiap hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, dengan seseorang yang tidak diketahui status HIV-nya merupakan perilaku seksual yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, apalagi di daerah dengan prevalensi HIV yang tinggi, seperti di kalangan PSK.

Yang perlu diingat PSK ada dua tipe, yaitu:

(1). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan. Tapi, sejak reformasi ada gerakan moral menutup semua lokalisasi di Indonesia sehingga lokaliasi pelacuran pun pinah ke media sosial. Transaksi seks pun dilakukan melalui ponsel, sedangkan eksekuasinya dilakukan sembarang waktu dan di sembarang tempat. PSK langsung pun akhirnya 'ganti baju' jadi PSK tidak langsung.

(2). PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, pemandu lagu, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, dan cewek PSK online. Transaksi seks terjadi melalui berbagai cara, antara lain melalui ponsel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun