Mengapa dan bagaimana bisa terjadi ratusan mahasiswa di Kota Bandung tertular HIV/AIDS, kemungkinan besar karena termakan jargon 'seks bebas' yang menyesatkan
Berita tentang ratusan mahasiswa dan ibu rumah tangga di Kota Bandung, Jawa Barat (Jabar), tertular HIV/AIDS jadi santapan media massa dan media online. Sayang, lebih banyak yang mengumbar sensasi daripada memberikan pencerahan.
Fakta itu bukan fenomena, tapi realitas sosial yang merupakan kondisi yang realistis karena hal itu disebabkan oleh beberapa faktor yang selama ini terus-menerus dipupuk, terutama oleh kalangan yang memakai baju moral.
Banyak kalangan yang tidak mau beranjak dari kondisi awal informasi HIV/AIDS ketika ditemukan pertama kali di Los Angeles, California, Amerika Serikat (AS) tahun 1981 yang dipublikasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention) AS melalui Morbidity and Mortality Weekly Report (MMWR), 5 Juni 1981.
Ketika itu ditemukan kasus AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome -- sindrom cacat kekebalan tubuh dapatan), sebuah kondisi pada sistem kekebalan seseorang yang rendah karena infeksi, pada kalangan laki-laki gay. Mereka didiagnosis dengan infeksi paru-paru yang tidak biasa yang dikenal sebagai Pneumocystis carinii pneumonia (PCP).
Bertolak dari fakta itu banyak kalangan kemudian yang mengaitkan AIDS dengan perilaku seksual, dalam hal ini homoseksual (ketertarikan secara seksual dengan sejenis, yaitu gay pada laki-laki dan lesbian pada perempuan).
Padahal, pada waktu yang hampir bersamaan dengan penemuan di Los Angeles, di pantai timur AS juga terdeteksi AIDS di kalangan gay dan pekerja seks komersial (PSK). Tapi, ini tidak di-blow up media massa sehingga yang terus-menerus terjadi hanya pengaitan AIDS dengan homoseksualitas.
Selanjutnya, ketika dua pakar (Prancis dan AS) menemukan virus penyebab AIDS yang kemudian disahkan Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) tahun 1986 sebagai HIV (Human Immunodeficiency Virus -- virus jenis retrovirus yang bisa menggandakan diri di sel darah putih manusia), sebenarnya sudah terkuak bahwa persoalan AIDS sama sekali tidak terakit dengan homoseksual.
Penyebutan AIDS sebagai penyakit pun hanya sebatas terminologi karena AIDS bukan penyakit, tapi kondisi yang mengacu ke sindroma sekumpulan gejala penyakit pada seseoang yang tertular HIV/AIDS (Syaiful W. Harahap, Pers Meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan/Ford Foundation, Jakarta, 2000, hlm. 16).
Dalam jumlah yang bisa ditularkan virus tersebut (HIV) terdapat di darah, air mani, cairan vagina dan air susu ibu (ASI).