Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Langkah Pemkot Batam Mengatasi Peningkatan Kasus HIV/AIDS

22 Agustus 2022   12:57 Diperbarui: 22 Agustus 2022   13:02 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada penjelasan mengapa warga Batam waspada dengan peningkatan kasus baru HIV/AIDS, dan bagaimana warga waspada

"Dinkes Batam meminta warga untuk waspada. Sebab setiap tahunnya, ditemukan peningkatan kasus baru HIV/AIDS." Ini ada dalam berita "WASPADA Warga Batam, Dinkes Ungkap Kasus HIV AIDS Meningkat per Juli 2022" (batam.tribunnews.com, 4/8-2022).

Tidak ada penjelasan mengapa warga Batam waspada dengan peningkatan kasus baru HIV/AIDS, dan bagaimana pula warga Batam waspada dengan peningkatan kasus baru HIV/AIDS.

Disebutkan tiap tahun Dinkes Batam, Kepulauan Riau (Kepri), menemukan kasus baru HIV/AIDS.

Terkait dengan kasus baru yang ditemukan itu tidak menggambarkan kasus yang sebarnya di masyarakat karena tidak ada penjangkauan yang sistematis. Kebanyakan kasus terdeteksi ketika seseorang berobat ke fasilitas keeshatan (Faskes) pemerintah, seperti Puskesmas dan rumah sakit umum daerah (RSUD).

Persoalan besar adalah dalam epidemi HIV/AIDS jumlah kasus yang dilaporkan atau terdeteksi tidak menggambarkan kasus HIV/AIDS yang sebenarnya di masyarakat karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es.

Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan atau terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat gambar).

Gambar: Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)
Gambar: Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Jika kasus HIV/AIDS yang ada di masyarakat tidak terdeteksi, maka warga terebut akan jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Untuk itu Pemkot Batam, dalam hal ini KPA Batam, harus mempunyai program yang realistis untuk mendeteksi warga pengidap HIV/AIDS yang tidak terdeteksi. Ketika Pemkot Batam tidak mempunyai program yang realistis, maka penyebaran HIV/AIDS melalui warga pengidap HIVAIDS yang tidak terdeteksi akan terus menambah kasus baru.

Disebutkan Sepanjang tahun 2021 ditemukan 406 kasus baru HIV/AIDS dan di tahun 2020 ada 538 kasus baru HIV AIDS. Angka-angka ini tidak menggambarkan kasus yang sebenarnya di masyarakat karena ada yang tidak terdeteksi.

Dibagian lain disebut bahwa Dinas Kesehatan Batam mencatat sebanyak 32 pengidap HIV/AIDS meninggal dunia pada kurun waktu Januari sampai Juni 2022. Sedangkan tahun 2021 pengidap HIV/AIDS yang meninggal sebanyak 58 dn tahun 2020 pengidap HIV/AIDS meninggal sebanyak 77.

Sayang, dalam berita tidak ada penjelasan tentang penyakit penyebab kematian pengidap HIV/AIDS tersebut. Informasi ini penting karena ada anggapan HIV/AIDS sebagai penyebab kematian pada pengidap HIV/AIDS.

Selain itu tidak ada pula penjelasan langkah apa yang dilakukan oleh Pemkot Batam terhadap keluarga atau pasangan seks pengidap HIV/AIDS yang meninggal itu. Soalnya, bisa saja terjadi sebelum meninggal seorang pengidap HIV/AIDS menularkan HIV/AIDS ke orang lain.

Jika yang meninggal itu seorang suami, maka istrinya berisik tertular HIV/AIDS. Kalau istrinya terular, maka ada pula risiko penularan HIV/AIDS ke bayi yang dikandung istri terutama saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI).

Yang celaka adalah kalau pengidap HIV/AIDS yang meninggal itu seorang pekerja seks komersial (PSK), maka sudah banyak laki-laki yang berisiko tertular HIV/AIDS yaitu lak-laki yang melakukan hubungan seksual dengan PSK tersebut tanpa memakai kondom.

Maka, sosialisasi perlu digencarkan terkait dengan pasangan seks atau keluarga pengidap HIV/AIDS yang meninggal agar mereka menjalani tes HIV secara sukarela. Soalnya, kalau tidak dijangkau mereka ini juga jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, tertutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Disebutkan: Berbagai upaya terus dilakukan Dinkes Batam dalam menimimalisir angka HIV/AIDS. Salah satu memberikan penyuluhan dengan melibatkan semua lapisan masyarakat. Melakukan tes HIV AIDS sebanyak-banyaknya termasuk juga Mobile VCT.

Penyuluhan sudah puluhan tahun dilakukan tapi hasilnya nol besar karena materi komunikasi, edukasi dan informasi (HIV/AIDS) dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama sehingga mengaburkan fakta medis tentang HIV/AIDS. Yang sampai ke masyarakat hanya mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS.

Misalnya, mengait-ngaitkan penularan HIV/AIDS dengan zina, pelacuran dan lain-lain. Padahal, risiko penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual, tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual yaitu: salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom (Lihat matrik risiko tertular HIV/AIDS).

Matriks: Sifat dan kondisi hubungan seksual terkait dengan risiko penularan HIV/AIDS. (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Sifat dan kondisi hubungan seksual terkait dengan risiko penularan HIV/AIDS. (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Disebutkan: tes HIV/AIDS. Ini keliru karena yang benar adala tes HIV. Tes HIV dalam penanggulangan HIV/AIDS ada di hilir yaitu warga sudah tertular HIV/AIDS. Padahal, yang diperlukan adalah penanggulangan di hulu yaitu menurunkan insiden infeksi HIV/AIDS, terutama pada laki-laki dewsasa yang sering membeli seks ke PSK (lihat matriks tes HIV dalam program penanggulangan HIV/AIDS).

Matriks: Tes HIV adalah program penanggulangan HIV/AIDS di hilir. (Sumber: Dok. Syaiful W. Harahap)
Matriks: Tes HIV adalah program penanggulangan HIV/AIDS di hilir. (Sumber: Dok. Syaiful W. Harahap)

Ada empat pintu masuk HIV/AIDS yang potensial ke Batam, sehingga diperlukan langkah yang konkret untuk menutup pintu masuk HIV/AIDS ke masyarakat. Pintuk masuk HIV/AIDS adalah perilaku seksual berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, yaitu:

(1). Laki-laki dan perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral), di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,

(2). Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan perempuan yang serng berganti-ganti pasangan, dalam hal ini pekerja seks komersial (PSK) langsung dan cewek prostitusi online, dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,  

(3). Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks ana; dan seks oral) dengan waria. Sebuah studi di Kota Surabaya tahun 1990-an menunjukkan pelanggan waria kebanyak laki-laki beristri. Mereka jadi 'perempuan' ketika seks denga waria (ditempong), sedangkan waria jadi 'laki-laki' (menempong).

(4). Perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan gigolo dengan kondisi gigolo tidak memakai kondom.

Apakah ada langkah atau program yang konkret Pemkot Batam untuk menjangaku empat perilaku seksual berisiko ini?

Kalau tidak ada, maka penyebaran HIV/AIDS di Batam akan terjadi yang pada gilirannya menambah jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS. *

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun