Disebutkan Sepanjang tahun 2021 ditemukan 406 kasus baru HIV/AIDS dan di tahun 2020 ada 538 kasus baru HIV AIDS. Angka-angka ini tidak menggambarkan kasus yang sebenarnya di masyarakat karena ada yang tidak terdeteksi.
Dibagian lain disebut bahwa Dinas Kesehatan Batam mencatat sebanyak 32 pengidap HIV/AIDS meninggal dunia pada kurun waktu Januari sampai Juni 2022. Sedangkan tahun 2021 pengidap HIV/AIDS yang meninggal sebanyak 58 dn tahun 2020 pengidap HIV/AIDS meninggal sebanyak 77.
Sayang, dalam berita tidak ada penjelasan tentang penyakit penyebab kematian pengidap HIV/AIDS tersebut. Informasi ini penting karena ada anggapan HIV/AIDS sebagai penyebab kematian pada pengidap HIV/AIDS.
Selain itu tidak ada pula penjelasan langkah apa yang dilakukan oleh Pemkot Batam terhadap keluarga atau pasangan seks pengidap HIV/AIDS yang meninggal itu. Soalnya, bisa saja terjadi sebelum meninggal seorang pengidap HIV/AIDS menularkan HIV/AIDS ke orang lain.
Jika yang meninggal itu seorang suami, maka istrinya berisik tertular HIV/AIDS. Kalau istrinya terular, maka ada pula risiko penularan HIV/AIDS ke bayi yang dikandung istri terutama saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI).
Yang celaka adalah kalau pengidap HIV/AIDS yang meninggal itu seorang pekerja seks komersial (PSK), maka sudah banyak laki-laki yang berisiko tertular HIV/AIDS yaitu lak-laki yang melakukan hubungan seksual dengan PSK tersebut tanpa memakai kondom.
Maka, sosialisasi perlu digencarkan terkait dengan pasangan seks atau keluarga pengidap HIV/AIDS yang meninggal agar mereka menjalani tes HIV secara sukarela. Soalnya, kalau tidak dijangkau mereka ini juga jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, tertutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Disebutkan: Berbagai upaya terus dilakukan Dinkes Batam dalam menimimalisir angka HIV/AIDS. Salah satu memberikan penyuluhan dengan melibatkan semua lapisan masyarakat. Melakukan tes HIV AIDS sebanyak-banyaknya termasuk juga Mobile VCT.
Penyuluhan sudah puluhan tahun dilakukan tapi hasilnya nol besar karena materi komunikasi, edukasi dan informasi (HIV/AIDS) dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama sehingga mengaburkan fakta medis tentang HIV/AIDS. Yang sampai ke masyarakat hanya mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS.
Misalnya, mengait-ngaitkan penularan HIV/AIDS dengan zina, pelacuran dan lain-lain. Padahal, risiko penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual, tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual yaitu: salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom (Lihat matrik risiko tertular HIV/AIDS).