Sedangkan tentang jumlah kasus yang dilaporkan (104) tidak menggambarkan jumlah kasus yang sebenarnya di masyarakat karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es.
Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan atau terdeteksi (104) digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat gambar).
Di bagian lain berita disebut: Ironisnya, Mereka yang terpapar masih diusia produktif antara 25 s.d 49 tahun.
Pernyataan tersebut kontradiktif karena kasus HIV/AIDS terbanyak pada produktif antara 25 - 49 tahun justru realistis. Soalnya, pada usia ini dorongan seksual sangat tinggi. Sebagian besar dari mereka bekerja sehingga bisa membeli seks. Yang perlu diketahui dorongan seksual tidak bisa digantikan dengan kegiatan lain selain dengan aktivitas seksual.
Yang ironis kalau kasus HIV/AIDS terbanyak terdeteksi pada kakek-kakek dan nenek-nenek (lanjut usia/Lansia) dan pada bayi.
Persoalannya adalah: Bagaimana dan mengapa warga di usia produktif banyak yang tertular HIV/AIDS?
Kondisi itu terjadi karena selama ini materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang HIV/AIDS dibalut dan dibumbui dengan moral dan agama yang menghilangkan fakta medis tentang HIV/AIDS. Sedangkan yang sampai ke masyarakat hanya mitos (anggapan yang salah).
Contohnya pengaitan 'perilaku seks menyimpang' dengan penularan HIV/AIDS dalam berita ini. Penularan HIV/AIDS bukan karena 'perilaku seks menyimpang' tapi karena dilakukan dengan yang mengidap HIV/AIDS di dalam atau di luar nikah dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom. Ini fakta medis.
Karena tidak memperoleh informasi yang akurat tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS, maka kalangan warga di usia produktif berisiko tinggi tertular HIV/AIDS melalui perilaku seksual berisiko.
Disebutkan oleh Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Kendari, Elffi: Sebagai upaya mengantisipasi penyebaran, Dinkes rutin melakukan skrining terutama bagi pekerja yang rentan terpapar. Apalagi seseorang yang terkena gejala HIV Aids. "Kami mengapresiasi inisiatif Pekerja Seks Komersil (PSK) yang rutin melakukan pemeriksaan kesehatan."