Sedangkan dari aspek faktor risiko jumlah kasus AIDS yang dilaporkan pada priode Juli-September 2021 tertinggi melalui hubungan seksual berisiko pada heteroseksual 56,3%, homoseksual 33,3% dan tidak diketahui 6,8% (Lihat Grafik).
Dari 6.117 kasus HIV-positif yang dilaporkan pada priode Juli -- September 2021 ad 5.558 yang menjalani terapi pengobatan (ART -- antiretroviral theraphy) dengan obat antiretroviral (ARV). Itu artinya ada 559 orang yang positif HIV tidak menjalani ART.
Selain ada risiko mencapai masa AIDS bagi yang HIV-positif, mereka juga berisiko menularkan HIV ke orang lain, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. Ke istri atau suami bagi yang menikah atau ke pasangan seksual lain dan bisa juga ke pekerja seks komersial (PSK).
Tentu saja perlu dicermati alasan 559 orang yang HIV-positit itu tidak menjalani ART.
Sebagai gambaran di beberapa daerah obat ARV hanya tersedia di rumah sakit di ibu kota provinsi dan ibu kota kabupaten. Ini sangat berat bagi yang tinggal jauh dari ibu kota provinsi atau kabupaten, terutama di daerah dengan sarana transportasi yang kurang atau di daerah kepulauan.
Mereka harus mengeluarkan ongkos yang besar dan harus menginap karena tidak bisa pulang-pergi pada hari yang sama. Ini salah satu faktor yang membuat orang-orang dengan HIV-positif tidak menjalani terapi ARV.
Perlu juga dipikirkan untuk membuat jaringan distribusi obat ARV agar bisa menjangkau daerah-daerah yang jauh dari ibu kota kabupaten atau daerah kepulauan
Jika orang-orang HIV-positif dibiarkan tidak menjalani terapi ARV mereka akan jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS yang kelak berujung pada pertambahan kasus HIV/AIDS baru. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H