Jargon "hidup bersih dan sehat" belakangan ini dijadikan sebagai semboyan untuk mencegah HIV/AIDS
Belakangan ini muncul jargon "hidup bersih dan sehat" sebagai cara untuk mencegah penularan HIV/AIDS. Ini juga tertulis di peraturan-peraturan daerah (Perda) tentang pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS.
Agaknya, ini sebagai bagian dari moralisasi perilaku "seks aman" yaitu (laki-laki) selalu memakai kondom pada hubungan seksual yang berisiko.
Tapi, konyol karena "hidup bersih dan sehat" jelas sam sekali tidak terkait langsung dengan "seks aman."
Namun, Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular di Dinas Kesehatan Kota Cilegon, Banten, dr Sri Rezeki, meminta agar masyarakat selalu berprilaku hidup bersih dan sehat. Dengan hidup bersih dan sehat akan mencegah penyakit menular (Dinkes Sebut Banyak Penyakit Menular yang Perlu Diwaspadai Masyarakat Cilegon. Apa Aja?, selatsunda.com, 19/5-2022).
Salah satu penyakit menular yang disebut adalah HIV/AIDS. Tahun 2021 terdeteksi 63 kasus, sedangkan Januari -- April 2022 sebanyak 45 kasus.
Jika disimak cara-cara penularan HIV/AIDS, yaitu melalui hubungan seksual, maka tidak ada kaitan antara hidup bersih dan sehat untuk mencegah penalaran HIV/AIDS.
Perilaku-perilaku seksual yang berisiko tertular dan menularkan HIV/AIDS, yakni:
- Laki-laki dan perempuan dewasa melakukan hubungan seksual di dalam nikah dengan pasangan yang berganti-ganti dengan kondisi suami tidak pakai kondom, karena bisa saja salah satu dari pasangan tersebut mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS;
- Laki-laki dan perempuan dewasa melakukan hubungan seksual di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak pakai kondom, karena bisa saja salah satu dari pasangan tersebut mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS;
- Laki-laki dewasa melakukan hubungan seksual, di dalam atau di luar nikah, dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan, dalam hal ini pekerja seks komersial (PSK), dengan kondisi laki-laki tidak pakai kondom, karena bisa saja PSK tersebut mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS;
- Laki-laki dewasa melakukan hubungan seksual dengan waria dengan kondisi laki-laki tidak pakai kondom, karena bisa saja waria tersebut mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS;
- Perempuan dewasa melakukan hubungan seksual gigolo dengan kondisi gigolo tidak pakai kondom, karena bisa saja gigolo tersebut mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS.
Yang bisa dilakukan secara nyata untuk mencegah penularan HIV/AIDS pada perilaku seksual di atas adalah laki-laki memakai kondom. Ini fakta medis.
Yang perlu diingat Kota Cilegon dan Cikarang (Jabar) merupakan tujuan pelacuran bagi WN Korea Selatan (Korsel). Tentu saja pekerja seks komersial (PSK) langsung dan PSK tidak langsung serta perempuan pelaku prostitusi online berisiko tinggi tertular HIV/AIDS jika WN Korsel tidak memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual.
Celakanya, PSK yang tertular HIV/AIDS akan menularkan HIV/AIDS kepada laki-laki warga Cilegon yang melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK.
Lebih celaka lagi sekarang praktek PSK tidak dilokalisir sehingga tidak bisa dijangkau untuk sosialisasi kondom karena transaksi seks melalui media sosial. Eksekusi terjadi sembarang waktu di sembarang tempat.
Maka, slogan atau jargon "hidup bersih dan sehat" tidak akan bisa mencegah penularan HIV/AIDS. Cuma, anjuran "seks aman" tidak bisa disosialisasikan di Cilegon.
Itu artinya insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa yang melakukan hububungan seksual tanpa kondom dengan PSK dan cewek prostitusi online akan terus terjadi.
Pada gilirannya laki-laki tersebut akan menularkan HIV/AIDS kepada pasangan seksualnya yaitu kepada istrinya, pacarnya, selingkuhan atau PSK lain.
Penyebaran HIV/AIDS yang terjadi merupakan 'bom waktu' yang kelak akan jadi 'ledakan AIDS.' *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H