Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Meningkatkan Kesadaran Warga dengan Penyakit Bawaan agar Tetap Mamakai Masker

19 Mei 2022   04:43 Diperbarui: 19 Mei 2022   04:44 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: sehatnegeriku.kemkes.go.id)

Karena pesentase warga dengan penyakit bawaan yang tinggi di Indonesia, maka pelonggaran masker perlu diikuti dengan upaya menyadarkan warga dengan penyakit bawaan tetap pakai masker

Pemerintah mengumumkan pelonggaran pemakaian masker sejak 17 Mei 2022 yang langsung disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dari Istana Bogor, Jabar.

Pijakan yang dipakai pemerintah untuk pelonggaran pemakai masker ini adalah kondisi penanganan pandemi Covid-19 yang disebut kian terkendali di Indonesia yang ditandai dengan kasus harian yang terus turun sampai 3 digit.

Kebijakan pelonggaran pemakaian masker bagi warga yang beraktivitas di luar ruangan atau area terbuka. Pemerintah juga menghapus kewajiban menunjukkan hasil tes Covid-19 bagi pelaku perjalanan domestik dan luar negeri yang telah divaksin Covd-19 dosis lengkap, yaitu vaksinasi pertama, kedua dan booster.

Tapi, pemerintah tetap meminta agar yang terkait dengan tiga kondidi ini tetap memakai masker, yakni: (1) bagi yang melalukan kegiatan di ruangan tertutup dan transportasi publik, (2) bagi warga dengan usia lanjut atau 60 tahun ke atas, dan (3) bagi yang mempunyai penyakit bawaan atau komorbid.

Pelonggaran ini bisa juga jadi boomerang karena Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) sudah berkali-kali mengingatkan bahwa pandemi belum dan tidak akan berakhir dalam waktu dekat.

Hal itu terbukti ketika beberapa negara Eropa menerapkan pelonggaran beberapa pembatasan, seperti pemakaian masker dan kegiatan di luar ruangan.

Akibatnya, di beberapa negara, seperti Prancis, Jerman dan Inggris yang melaporkan pertambahan kasus harian baru yang banyak sampai 6 digit. Laporan situs worldometers menunjukkan sampai tanggal 18 Mei 2022 jumlah kasus di Prancis mencapai 29.263.304, Jerman 25.953.994, dan Inggris 22.207.102.

Begitu juga dengan Korea Selatan (Korsel) dan Vietnam yang di awal pandemi bisa meredam penyebaran Covid-19, tapi belakangan justru kewalahan. Sampai tanggal 18 Mei 2022 jumlah kasus di Korsel 17.861.744, dan Vietnam 10.701.796.

Hal yang sama dialami oleh Australia yang di awal pandemi berhasil menekan penyebaran virus corona, tapi ketika terjadi pelonggaran kasus harian baru terus melonjak. Jumlah kasus Covid-19 di Australia sampai 18 Mei 2022 dilaporkan 6.759.554.

Peningkatan kasus di negara-negara itu terjadi sejak akhir tahun 2021 ketika muncul varian baru Covid-19 yaitu Delta dan Omicron.

Terakhir China dan Korea Utara (Korut) yang kewalahan menghadapi penyebaran Covid-19 juga terjadi karena pelonggaran. China yang dari awal pandemi menjalankan program "nol-COVID" ternyata bobol juga. WHO memperkirakan "nol-COVID" China tidak akan bisa menghadang penyebaran Omicron yang mudah menular.

Pandemi yang berkecamuk diingatkan oleh WHO bisa memunculkan varian baru yang justu akan memperburuk kondisi pandemi.

Kembali ke Indonesia dengan tingkat persentase vaksinasi Covid-19 yang tidak merata di seluruh Tanah Air tentulah akan menjadi persoalan besar karena mobilitas warga yang tinggi. Laporan situs ourworldindata.org menunjukkan sampai tanggal 17 Mei 2022 persentase vaksinasi Covid-19 di Indonesia mencapai 72,24% yang terdiri atas 60,17% dua suntikan dan 12,07% satu suntikan.

Yang juga jadi keprihatinan adalah tingkat kesadaran sebagia warga dalam menerapkan pemakaian masker di dalam ruangan dan transportasi umum. Kondisi ini bisa memicu penyebaran Covid-19 yang juga memunculkan varian baru.

Dengan jumlah kasus sampai tanggal 18 Mei 2022 sebanyak 6.051.532 dengan 156.498 kematian, tentulah kita tidak bisa menyepelekan protokol kesehatan (Prokes) karena lagi-lagi berpatokan pada peringatan WHO bahwa pandemi Covid-19 belum dan tidak akan berakhir dalam waktu dekat ini.

Yang perlu diingat penyebaran kasus di Indonesia lebih rendah dari negara-negara yang disebut di atas karena ketebatasan mobilitas warga antarnegara dan kegiatan di dalam negeri. Di Eropa Barat kegiatan massal antara lain terjadi di kegiatan-kegiatan hiburan dan pertandingan sepak bola.

Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, mengatakan bahwa kebijakan pelonggaran pemakaian masker merupakan bagian upaya transisi dari pandemi ke endemi. Yang dikhawatirkan justru terjadi (lagi) lonjakan mengingat beberapa penyakit bawaan yang banyak diderita warga Indonesia, seperti darah tinggi, diabetes, obesitas, penyakit jantung, kanker, stroke, gagal ginjal, TBC, malaria, hepatitis B dan lain-lain.

Bisa jadi warga dengan penyakit bawaan tidak mau memakai masker karena takut dikaitkan dengan penyakit-penyakit bawaan sehingga berada pada risiko rentan terpapar Covid-19.

Maka, sejatinya pemerintah tetap menyuarakan Prokes sebagai upaya mendukung upaya membawa pandemi Covid-19 ke endemi seperti penyakit-penyakit menular yang lain. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun