Kewaspadaan yang perlu disebarluaskan adalah menghindari hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, yang berisiko tinggi tertular IMS atau HIV/AIDS
"Data Penyumbang Kasus HIV dari kelompok Lelaki Seks Lelaki (LSL) dan transgender terus meningkat. Menurut data UNAIDS pada 2019, populasi penderita HIV baru dari kalangan LSL dan transgender mencapai 18 persen." Ini ada dalam berita "Data Penyumbang Kasus HIV dari Penyimpangan Seksual Terus Meningkat" (Berita PKS, pks.id, 14/5-2022).
Hal ini disampaikan oleh Ketua DPP PKS Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK), Dr Kurniasih Mufidayati. Tapi, ada fakta yang luput dari perhatian Kurniasih yaitu kasus HIV/AIDS di kalangan LSL (homoseksual, gay) ada di terminal akhir karena gay tidak mempunyai istri. Kalau pun terjadi penyebaran itu hanya di komunitas mereka.
Bandingkan dengan seorang laki-laki heteroseksual yang mempunyai istri, bahkan ada yang lebih dari satu, yang mengidap HIV/AIDS. Mereka akan menularkan HIV ke istrinya, bisa juga ke pasangan seks lain, seperti selingkuhan atau pekerja seks komersial (PSK).
Itulah sebabnya banyak kasus HIV/AIDS terdeteksi pada ibu rumah tangga. Survei Kemenkes menunjukkan hingga akhir tahun 2012 ada 6,7 juta pria Indonesia yang menjadi pelanggan PSK, sehingga pria menjadi kelompok paling berisiko tinggi untuk menyebarkan HIV/AIDS. Sementara itu ada 4,9 juta wanita yang menikah dengan pria yang menjadi menjadi pelanggan PSK (bali.antaranews.com, 9/4-2013).
Laporan Ditjen P2P, Kemenkes RI, Â 30 September 2021, menunjukkan jumlah kasus HIV dari tahun 1987 sampai 30 Juni 2021 sebanyak 436.948. Heterosuksual sebesar 29,6% Â dan homoseksual 17,7%.
Sedangkan kasus AIDS pada periode yang sama sebanyak 132.955. Dari jumlah ini ibu rumah tangga ada di posisi ketiga terbanyak yaitu 19.053. Sementara faktor risiko yaitu heteroseksual 70% dan homoseksual 8,4%.
Di bagian lain Kurniasih mengatakan: .... berbagai data peningkatan faktor risiko penularan HIV/AIDS dari kelompok LSL yang masuk dalam kelompok LGBT harus diwaspadai keluarga Indonesia.
Yang perlu diingat adalah lesbian (LGBT -- lesbian, gay, biseksual dan transgender) tidak menyebarkan HIV/AIDS melalui hubungan seksual karena tidak ada seks penetrasi. Seperti disebut di atas HIV/AIDS pada kelompok LSL ada di terminal akhir sehingga yang perlu diwaspadai justru HIV/AIDS pada kalangan heteroseksual.
Bahkan, pelanggan waria (transgender) justru kebanyakan laki-laki beristri. Sebuah survei di Kota Surabaya di awal tahu 1990-an menunjukkan pelanggan waria adalah suami dan mereka berperan sebagai 'perempuan' (dianal) pada hubungan seksual dengan waria. Dalam hal ini waria jadi 'laki-laki' yang menganal. Maka, suami-suami itu ada di posisi paling berisiko tertular IMS [kencing nanah (GO), raja singa (sifilis), klamdia, jengger ayam, virus hepatitis B, virus kanker serviks, trikomona, herpes genitalis, dan kutil kelamin] atau HIV/AIDS atau dua-duanya sekaligus. Selanjutnya mereka menularkan IMS dan HIV/AIDS ke istrinya atau pasangan seksual lain dan PSK.