Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sosialisasi HIV/AIDS Tanpa Program Pencegahan yang Konkret Bak Menggantang Asap

13 Mei 2022   20:04 Diperbarui: 13 Mei 2022   20:05 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrsi (Sumber: doctor.ndtv.com)

Sosialisasi penanggulangan HIV/AIDS di Wongsorejo, Banyuwangi, Jatim, akan sia-sia jika tidak ada program yang konkret untuk mencegah infeksi HIV baru

"Tujuan sosialisasi penanggulangan HIV/AIDS ditujukan untuk mencegah dan mengurangi risiko penularan HIV/AIDS, ...." Ini kegiatan di wilayah binaan Serma M Nurhadi, Babinsa Koramil 0825/15 Wongsorejo, Kodim 0825 Banyuwangi, Jawa Timur (Jatim), seperti di dalam berita "Sosialisasi Pencegahan dan penanggulangan HIV /AIDS"(mediaindopos.com, 13/5-2022).

Sosialisasi tentang bahaya dan akibat buruk infeksi HIV/AIDS sudah dilakukan sejak awal pandemi tahun 1980-an, tapi karena materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) HIV/AIDS dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama maka KIE itu pun hanya mitos (anggapan yang salah) sementara fakta medis HIV/AIDS tenggelam.

Misalnya, mengait-ngaitkan penularan HIV/AIDS dengan seks sebelum menikah, zina, selingkuh, melacur, penyimpangan seksual dan homoseksual. Padahal, penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bisa terjadi di dalam dan di luar nikah karena kondisi (saat terjadi) hubungan seksual (salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom setiap melakukan hubungan seksual), bukan karena sifat hubungan seksual (seks sebelum menikah, zina, selingkuh, melacur, penyimpangan seksual dan homoseksual).

Kalau satu pasangan kedunya tidak mengidap HIV/AIDS dan tidak melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang lain, maka biarpun seks sebelum menikah, zina, selingkuh, melacur, penyimpangan seksual dan homoseksual sampai ajal mereka pun tidak akan ada risiko penularan HIV/AIDS.

Maka, langkah Serma M Nurhadi, Babinsa Koramil 0825/15 Wongsorejo, tidak akan efektif kalau hanya sebatas sosialiasi karena sosialisasi tidak semerta menyadarkan semua warga di wilayah binaan Serma M Nurhadi.

Risiko infeksi HIV baru pada warga, terutama laki-laki dewasa, terjadi melalui hubungan seksual dengan pekerja seks komersial yang sekarang transaksi dilakukan melalui media sosial. Eksekusi hubungan seksual mereka lakukan di sembarang waktu dan sembarang tempat sehingga tidak bisa diintervensi.

Terkati dengan infeksi baru HIV yang bisa dilakukan hanya menurunkan insiden karena untuk menghentikan infeksi baru HIV adalah hal yang mustahil karena praktesk PSK sekarang tidak dilokalisir sehingga tidak bisa dilakukan sosialisasi, advokasi dan intervensi.

Thailand adalah salah satu negara yang berhasil menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual dengan PSK yaitu melalui program 'wajib kondom 100 persen' yang setiap laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan PSK di lokalisasi pelacuran dan rumah bordir dipaksa memakai kondom.

Nah, bagaimana sosialasi yang dilakukan di wilayah binaan Serma M Nurhadi bisa membatalkan hasrat seksual laki-laki dewasa untuk melakukan hubungan seksual dengan PSK?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun