Ciri-ciri, gejala-gejala dan tanda-tanda yang disebut terkait dengan HIV/AIDS harus ada prasyaratnya, tanpa prasyarat ciri-ciri, gejala-gejala dan tanda-tanda tidak terkait dengan HIV/AIDS
"Berat Badan Menyusut, Hotman Paris Sempat Jalani Tes HIV, Waspadai Gejala dan Penyebabnya" Ini judul berita di suaramerdeka.com, 4/5-2022.
Agaknya, Hotman Paris jadi "korban" informasi yang tidak akurat tentang ciri-ciri, gejala-gejala dan tanda-tanda terkait HIV/AIDS. Kalau saja  Hotman Paris menerima informasi tentang HIV/AIDS yang akurat, maka tidak perlu jalani tes HIV jika tidak pernah atau sering melakukan perilaku berisiko tertular HIV/AIDS.
Bahkan, ada media online yang menyebut 17 gejala terkait HIV/AIDS.
Baca juga: Ngeri Kali Judul Berita HIV/AIDS Ini
Yang perlu diingat adalah semua ciri-ciri, gejala-gejala dan tanda-tanda yang disebut terkait HIV/AIDS hanya bisa dikaitkan dengan infeksi HIV dengan prasyarat, yaitu yang bersangkutan pernah atau sering melakukan perilaku seksual dan nonseksual yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS.
Baca juga: Gejala HIV/AIDS Tidak Otomatis Terkait dengan Infeksi HIV/AIDS
Jika seseorang mengalami 17 ciri-ciri, gejala-gejala dan tanda-tanda yang disebut terkait HIV/AIDS tapi yang bersangkutan tidak pernah melakukan perilaku seksual dan nonseksual yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, maka ciri-ciri, gejala-gejala dan tanda-tanda sama sekali tidak terkait dengan HIV/AIDS.
Dalam berita disebut: HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga daya tubuh semakin melemah dan rentan diserang berbagai penyakit.
Pernyataan ini tidak akurat karena HIV tidak menyerang, tapi memakai sel-sel darah putih sebagai 'pabrik' untuk menggandakan diri. Seperti diketahui HIV adalah retrovirus yaitu virus yang menggandakan diri di sel-sel darah putih manusia. HIV mempunyai RNA sedangkan manusia mempunya DNA sehingga HIV memanfaatkan DNA manusia untuk menggandakan diri.
Sel-sel darah putih yang dipakai HIV sebagai pabrik rusak, sementara HIV yang baru diproduksi mencari sel darah pun lain untuk menggandakan diri. Begitu seterusnya sehingga kalau tidak dilakukan intervensi yaitu meminum obat antiretroviral (ARV) maka banyak sel darah putih yang rusak yang membuat daya tahan tubuh lemah. Kondisi inilah yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yang membuat penyakit mudah masuk ke tubuh.
Disebutkan pula "Faktor Risiko HIV/AIDS". Yang tepat adalah faktor risiko tertular HIV/AIDS. Penyebutan "cairan kelamin" juga tidak akurat. Yang benar adalah air mani (laki-laki, di sperma tidak ada HIV) dan cairan vagina (perempuan).
Faktor risiko disebut "Sering berganti pasangan." Lagi-lagi informasi ini tidak komprehensif karena harus ada kondisi yaitu: melakukan hubungan seksual (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan pasangan yang berganti-ganti di dalam dan di luar nikah dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom setiap kali hubungan seksual.
Selain itu faktor risiko juga adalah pernah atau sering melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan, yaitu pekerja seks komersial (PSK) dan gigolo.
Yang perlu diingat ada dua tipe PSK, yaitu:
(1). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan.
(2). PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, cewek online, PSK online, dll.
Namun, karena sejak reformasi lokalisasi ditutup, maka PSK langsung pun sudah jadi PSK tidak langsung. Bahkan, dua tipe PSK ini sekarang memakai media sosial sebagai ajang transaksi seks.
Disebutkan: Melakukan hubungan seksual yang beresiko baik homoseksual maupun heteroseksual.
Apa yang dimaksud dengan hubungan seksual yang berisiko? Sayang sekali, dalam berita tidak ada penjelasan.
Hubungan seksual yang berisiko tertular dan menularkan HIV/AIDS adalah: hubungan seksual di dalam dan di luar nikah dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan PSK.
Baca juga: Informasi Ciri HIV/AIDS yang Menyesatkan dan Bikin Masyarakat Panik
Dalam berita ini juga ada informasi tentang gejala HIV/AIDS pada stadium 1, 2 dan 3 yang jumlahnya puluhan, tapi lagi-lagi tidak menyebutkan prasyarat agar gejala itu secara medis terkait dengan infeksi HIV/AIDS. Itu artinya informasi tentang gejala HIV/AIDS dalam berita di media ini juga menyesatkan dan bikin masyarakat panik. Apa memang ini tujuannya? Tentu saja tidak karena salah satu fungsi media adalah mencerahkan bukan bikin panik.
Informasi yang ngawur ini akan menyesatkan dan membuat masyarakat ketakutan. Sudah saatnya media massa dan media online lebih arif dan bijaksana dalam menulis berita atau artikel tentang HIV/AIDS agar tidak jadi kontra produktif dalam penanggulangan HIV/AIDS. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H