Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Penularan HIV/AIDS Melalui Hubungan Seksual Bukan Karena Sifat Hubungan Seksual

6 Mei 2022   16:25 Diperbarui: 6 Mei 2022   16:35 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Matriks sifat dan kondisi hubungan seksual terkait dengan penularan HIV/AIDS (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Materi KIE tentang HIV/AIDS selalu dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama sehingga fakta medis HIV/AIDS kabur membuat masyarakat hanya mendapatkan mitos

"Pergaulan Seks Bebas Bisa Tularkan HIV, Ini Penjelasannya" Ini judul artikel di situs halodoc.com, 30/10-2020.

Lagi-lagi fakta medis dibawa ke ranah mitos (anggapan yang salah). Risiko tertular HIV/AIDS melalui hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) bisa terjadi di dalam dan di luar nikah.

Risiko penularan HIV melalui hubungan seksual penetrasi terjadi bukan karena sifat hubungan seksual (di luar nikah, pranikah, zina, seks bebas, selingkuh, melacur, pergaulan seks bebas, dan lain-lan), tapi karena kondisi (saat terjadi) hubungan seksual (salah satu atau kedua-dunya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki atau suami tidak memakai kondom saat melakukan hubungan seksual). Lihat matriks di bawah ini.

Ilustrasi: Matriks sifat dan kondisi hubungan seksual terkait dengan penularan HIV/AIDS (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)
Ilustrasi: Matriks sifat dan kondisi hubungan seksual terkait dengan penularan HIV/AIDS (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Maka, judul artikel ini (Pergaulan Seks Bebas Bisa Tularkan HIV, Ini Penjelasannya) menyesatkan. Lagi pula, apa, sih, yang dimaksud dengan "Pergaulan Seks Bebas"?

Di awal tahun 1970-an muncul jargon moral yang tidak bermakna yaitu 'sek bebas' yang dijadikan padanan dari free sex yang tidak dikenal dalam dalam kosa kata Bahasa Inggris. Tidak ada terminologi free sex di Barat. Tidak ada pul laman (entry) free sex di kamus-kamus Bahasa Inggris. Yang ada adalah free love yaitu hubungan seksual tanpa ikatan nikah (The Advanced Learner's Dictionary of Current English, Oxford University Press, London, 1963).

Baca juga: 'Seks Bebas' Mengaburkan (Cara) Penularan HIV dan 'Seks Bebas' Jargon Moral yang Menyesatkan dan Menyudutkan Remaja

Istilah "seks bebas" jadi senjata moral kalangan orang tua untuk menyudutkan remaja yang disebut-sebut melakukan hubunga seksual di luar nikah. Padahal, di lokalisasi pelacuran sebagian besar laki-laki yang melacur justru kalangan dewasa dan sebagai suami.

Sebuah studi di Kota Surabaya, Jatim, di tahun 1990-an menunjukkan laki-laki pelanggan waria justru laki-laki beristri. Celakanya, suami-suami itu jadi "perempuan" (di kalangan waria disebut ditempong atau yang dianal), sedangkan waria jadi "laki-laki" (di kalangan waria disebut menempong atau yang menganal).

Maka, jangan heran kalau kemudian banyak ibu rumah tangga (istri) yang terdeteksi mengidap PIMS (penyakit infeksi menular seksual, seperti kencing nanah/GO, sifilis/raja singa, klamidia, jengger ayam, kanker serviks, virus hepatitis B, dan lain-lain), dan HIV/AIDS atau keduanya sekaligus.

Dalam artikel disebut "Human Immunodeficiency Virus (HIV) bisa menular, salah satunya melalui aktivitas seksual yang tidak sehat." Ini jelas jargon moral karena secara medis yang bisa melakukan hubungan seksual adalah orang-orang yang sehat.

Yang masuk akal adalah aktivitas seksual yang tidak aman, yaitu: dilakukan dengan pasangan yang tidak diketahui status HIV-nya dan laki-laki tidak memakai kondom ketika hubungan seksual. Ini fakta medis.

Disebutkan juga: Melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan serta tidak mengenakan pengaman bisa meningkatkan risiko penularan virus (HIV-pen.) ini.

Bukan hanya dengan berganti-ganti pasangan, tapi juga hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komerisal (PSK) dan gigolo juga merupakan perilaku berisiko tinggi tertular atau menularkan HIV/AIDS.

Jargon 'mengenakan pengaman' juga eufemisme yang menghilangkan fakta. Mengapa tidak menyebut kondom? Pengaman adalah istilah yang konotatif yaitu mengandung banyak arti, sedangkan kondom adalah denotatif yang mempunyai arti yang jelas.

"HIV bisa menyerang seseorang dan merusak sistem kekebalan tubuh, dengan cara menginfeksi dan menghancurkan sel SD4." Ini juga pernyataan dalam artikel. HIV tidak menyerang bahkan ketika masuk ke tubuh dia justru menyamar jadi protein sehingga sistem pertahanan tubuh tidak melawannya.

Sebagai retrovirus (virus yang menggandakan diri) HIV menggandakan diri di sel-sel darah putih manusia yang tertular HIV. Sel-sel darah putih yang jadi 'pabrik' rusak. HIV yang baru diproduksi mencari sel darah putih lain untuk menggandakan diri. Begitu seterusnya sehingga jika seseorang yang tertular HIV tidak meminum obat antiretroviral (ARV), maka penggandaan HIV akan merusak banyak sel darah putih yang akhirnya sampai pada kondisi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).

Pada kondisi AIDS ini seseorang akan mudah tertular penyakit karena sistem kekebalan tubuhnya rendah.

Sudah saat meteri KIE (komunikasi, informasi dan eduaksi) tentang HIV/AIDS tidak dibalut atau dibumbui dengan norm, moral dan agama agar fakta medis HIV/AIDS tidak kabur atau hilang.

Salah satu faktor yang membuat banyak orang lalai melindungi diri agar tidak tertular HIV/AIDS adalah mereka mendapatkan informasi HIV/AIDS yang tidak akurat sehingga termakan mitos (anggapan yang salah) HIV/AIDS.

Baca juga: Pejabat dan PNS di Sumatera Selatan Tertular HIV/AIDS karena Termakan Mitos AIDS

Maka, mengaitkan 'seks pergaulan bebas' dan 'seks bebas' dengan penularan HIV/AIDS adalah materi KIE yang ngawur bin ngaco yang bermuara pada kelalaian yang menjerumuskan banyak orang sehingga tertular HIV/AIDS. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun