Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mendorong Masyarakat untuk Memutus Rantai Anemia Lintas Generasi

24 Februari 2021   21:35 Diperbarui: 25 Februari 2021   10:45 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: You Tube NutrisiBansa/Danone Indonesia)

Malnutrisi dan masalah gizi jadi isu nasional yang terus bergaung karena erat kaitannya dengan tingkat kesehatan jangka panjang bagi masyarakat Indonesia. 

Dalam kaitan inilah Danone Indonesia dan Indonesian Nutrition Association (INA) mendorong masyarakat Indonesia untuk memperhatikan nutrisi dan gizi agar kesehatan masyarakat Indonesia terus meningkat.

Danone dan INA memasyarakatkan nutrisi dan gizi melalui webinar publik dengan tema "Peran Nutrisi dalam Tantangan Lintas Generasi" melalui You Tube tanggal 1 Februari 2021. Pembicara pada webinar ini adalah Dr dr Diana Sunardi, MGizi, SpGK, dokter spesialis gizi klinik di INA.

Webinar ini jadi relevan karena terkait dengan Hari Gizi Nasional tahun merupakan peringatan ke-61 yang diperingati setiap tanggal 25 Januari. Kekurangan dan kelebihan nutrisi serta gizi jadi persoalan besar bagi masyarakat Indonesia. 

Dalam paparannya Diana mengatakan saat ini Indonesia menghadapi tiga beban masalah nutrisi dan gizi (triple burden) yaitu stunting, wasting dan obesitas serta kekurangan zat gizi mikro seperti anemia.

Dampak Buruk ADB Pengaruhi Tumbuh-kembang Anak Sampai Remaja

Tiga beban nutrisi dan gizi ini jadi ancaman terbesar bagi Indonesia karena berdampak terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia (SDM) di masa depan. Padahal, globalisasi sudah berjalan dengan persaingan yang ketat di sektor SDM. Daya saing global sangat ditentukan oleh kualitas SDM.

Ilustrasi (Sumber: You Tube NutrisiBansa/Danone Indonesia)
Ilustrasi (Sumber: You Tube NutrisiBansa/Danone Indonesia)
Untuk kalangan anak-anak, misalnya, stunting (pertumbuhan yang tidak sesuai dengan pertambahan umur) jadi masalah besar karena pada tahun 2018 angka stunting di Indonesia sesuai dengan data Riskesdas mencapai 30,8% (Riskesdas adalah Riset Kesehatan Dasar yang dijalankan oleh Badan Litbangkes Kemenkes RI). Dengan tingkat stunting 30,8% Indonesia ada di peringkat ke-4 dunia.

Sedangkan anemia data menunjukkan 48,9% ibu hamil, 32% remaja berumur 15-24, dan 38,5lita mengalami anemia. Secara umum sekitar 50-60% anemia disebabkan oleh defisiensi zat besi atau biasa disebut Anemia Zat Besi (ADB).

Dampak buruk ADB akan mempengaruhi tumbuh-kembang anak sampai remaja yang akan menurunkan tingkat aktivitas fisik dan motorik serta menurunkan daya kreativitas. Selain itu ADB yang berkelanjutan lintas generasi juga menurunkan daya tahan tubuh sehingga meningkatkan risiko sakit serta infeksi yang kelak bermuara pada kelemahan aspek akademis.

Ilustrasi (Sumber: You Tube NutrisiBansa/Danone Indonesia)
Ilustrasi (Sumber: You Tube NutrisiBansa/Danone Indonesia)
Diana mengingatkan seorang perempuan hamil dengan kondisi ADB akan berisiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR), stunting, komplikasi saat melahirkan dan risiko lain yang mengancam jiwa si ibu.

Mencegah Stunting Dilakukan Pada 1000 HPK

Pada kasus stunting dan anemia balita dan anak, menurut Diana, ADB bermula dari kekurangan zat gizi mikro pada 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). Lebih lanjut Diana mengatakan kondisi ADB pada kehamilan usia remaja juga sangat rentan terhadap keselamatan dan kesehatan ibu dan bayi.

Maka, Diana berharap agar skala prioritas perbaikan nutrisi dan gizi untuk mencegah stunting dilakukan pada 1000 HPK. Kekurangan nutrisi dan gizi berpengaruh jangka pendek dan jangka panjang pada tiap-tiap tingkatan generasi.

Untuk mencegah kondisi ADB pada lintas generasi bisa dilakukan sejak kehamilan, pada masa balita dan ketika beranjak usia remaja. Ini merupakan langkah yang konkret untuk memutus rantai kekurangan nutrisi dan gizi serta hidrasi pada lintas generasi.

Ilustrasi (Sumber: You Tube NutrisiBansa/Danone Indonesia)
Ilustrasi (Sumber: You Tube NutrisiBansa/Danone Indonesia)
jangka pendek dan jangka panjang bagi tiap-tiap generasi. Jika ditarik benang merah, kondisi ini merupakan ancaman besar mengingat dampaknya terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia di masa depan.

Baca juga: Kecukupan Nutrisi pada "1000 Hari Pertama Kehidupan" Cegah Stunting

Tentu saja kondisi itu tidak menggembirakan sehingga perlu informasi yang komprehensif ke masyarakat luas berupa langkah-langkah konkret untuk mencegah tiba beban nutrisi dan gizi tersebut. Untuk itulah, seperti dikatakan oleh Corporate Communication Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin, sejalan dengan visi Danone "One Planet, One Health" pihaknya memasyarakatkan masalah kesehatan ke semua lapisan masyarakat Indonesia. Dengan memasyarakatkan gizi seimbang, kecukupan nutrisi dan hidrasi yang sehat dengan dukungan program yang berkelanjutan.

Danone Indonesia Galang Kerja Sama dengan Berbagai Pihak

Salah satu langkah yang dikemukakan Diana adalah melalui intervensi edukasi untuk memenuhi nutrisi dan gizi untuk memutus mata rantai anemia mulai dari tingkat individu, keluarga, komunitas dan masyarakat luas.

Secara medis pencegahan anemia pada anak-anak berumur di atas satu tahun dilakukan dengan memberikan gizi seimbang yaitu makanan dengan nutrisi yang mengandung zat besi maupun mikro nutrien lain serta air minum yang sehat. Ini mendukung penyerapan zat besi seperti Vitamin C. https://www.kompasiana.com/infokespro/5a25ef7d59b13066054df872/kecukupan-nutrisi-pada-1000-hari-pertama-kehidupan-cegah-stunting

Sedangkan pada remaja anemia dapat dicegah melalui upaya meningkatkan pola hidup sehat, dengan memakan makanan yang bersih, sehat, dengan gizi yang seimbang. Suplementasi tablet tambah darah (TTD) bisa juga diberikan kepada remaja untuk mencegah anemia.

Ilustrasi (Sumber: You Tube NutrisiBansa/Danone Indonesia)
Ilustrasi (Sumber: You Tube NutrisiBansa/Danone Indonesia)
Danone Indonesia sendiri menggalang kerja sama dengan berbagai pihak untuk menjalankan program sebagai upaya untuk menghentikan ancaman anemia pada lintas generasi. Inovasi nutrisi Danone untuk membantu mendukung penyerapan zat besi pada anak berusia di atas satu tahun.

Kerja sama Danone dengan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB) menghasilkan buku panduan Generasi Sehat Indonesia (GESID) sebagai upaya untuk merangkul remaja usia sekolah. GESID terdiri atas 3 modul untuk remaja SMP dan SMA, yaitu Aku Peduli, Aku Sehat, dan Aku Bertanggung Jawab. Modul-modul ini membahas kesehatan reproduksi, peran gizi bagi kesehatan dan kualitas hidup, anemia bagi remaja putri dan wanita usia subur, pencegahan pernikahan dini serta remaja berkarakter.

Berbagai program diluncurkan Danone untuk mewujudkan komitmen dalam memperluas edukasi nutrisi, gizi dan kesehatan. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun