Wakil Ketua KPAD Sumut Ikrimah Hamidy sebut: "Infeksi paling banyak persentasenya adalah kalangan milenial, anak sekolah hingga mahasiswa. Perlu dilakukan sosialisasi kepada kaum milenial mulai anak sekolah dan guru-guru."
Adalah hal yang realistis kasus HIV/AIDS terbanyak pada kalanan milenial karena pada usia tersebut dorongan seksual tinggi sedangkan informasi tentang cara mencegah penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual tidak akurat.
Baca juga: AIDS pada Usia Produktif di Yogyakarta bukan Ironis tapi Realistis
Misalnya, disebut jangan lakukan seks bebas, jangan zina, jangan seks sebelum menikah, dll. Ini mitos karena tidak ada kaitan langsung antara sifat hubungan seksual dengan penularan HIV/AIDS.
Disebutkan pula: ada usul rancangan peraturan daerah (Ranperda) penanggulangan HIV/AIDS kepada DPRD Sumut. Salah satu poinnya adalah tentang tes HIV/AIDS untuk calon pengantin. Tujuannya, apabila ada calon pengantin yang terinfeksi bisa segera ditangani dan diambil tindakan. Hal ini dinilai bisa mengurangi kasus penularan dari orangtua kepada bayinya.
Baca juga: Tes HIV sebelum Menikah (yang) Akan Sia-sia
Tes HIV bukan vaksin. Biar pun hasil tes HIV sebelum menikah negatif itu tidak bisa jadi jaminan selamanya akan negatif HIV karena bisa saja tertular HIV setelah menikah. Risiko tertular HIV setelah menikah tetap ada jika ada di antara pasangan tsb. yang melakukan perilaku-perilaku tinggi tertular HIV/AIDS.
Tanpa langkah-langkah yang konkret di hulu yaitu untuk mencegah insiden infeksi HIV baru, terutama pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK), maka penyebaran HIV/AIDS akan terus terjadi di Kota Medan khususnya dan di Sumut umumnya.
Penyebaran HIV/AIDS di masyarakat bagaikan 'bom waktu' yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS'. ***