(2), PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, cewek online, PSK online, dll.
Laporan terakhir Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P), Kemenkes RI, tanggal 9 November 2020 menunjukkan jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Indonesia dari tahun 1987 sampai 30 September 2020 sebanyak 537.730 yang terdiri atas 409.857 HIV dan 127.873 AIDS.
Baca juga: Menyoal Peran Aktif Pers Nasional Menanggulangi AIDS
Sedangkan estimasi jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia 640.000 (aidsdatahub.org). Itu artinya ada 102.270 warga yang mengidap HIV/AIDS (Odha-Orang dengan HIV/AIDS) tapi tidak terdeteksi.Â
Mereka inilah yang jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. Ini terjadi karena tidak ada tanda-tanda atau ciri-ciri yang khas AIDS pada fisik warga yang mengidap HIV/AIDS.
Perilaku berisiko tertular HIV/AIDS melalui PSK langsung tidak bisa diintervensi karena praktek PSK langsung tidak dilokalisir, sedangkan perilaku berisiko tertular HIV/AIDS melalui PSK tidak langsung juga tidak bisa diintervensi karena transaksi seks terjadi dengan berbagai modus melalui jaringan media sosial.
Dalam berita "Menuju Indonesia Bebas HIV/AIDS 2030, Apa Strategi yang Disiapkan?" sama sekali tidak ada langkah yang konkret untuk menurunkan insiden infeksi HIV/AIDS melalui hubungan seksual dengan PSK langsung dan PSK tidak langsung.
Ada 3 cara yang disebutkan dalam berita, tapi itu semua hanya di awang-awang karena tidak menukik ke akar persoalan yaitu menurunkan menurunkan insiden infeksi HIV/AIDS melalui hubungan seksual dengan PSK langsung dan PSK tidak langsung.
Seperti strategi 1 Tetap menjalankan upaya edukasi dan pencegahan dari HIV/AIDS. Edukasi HIV/AIDS di Indonesia dilakukan dengan materi KIE yang hanya bermuatan moral sehingga masyarakat tidak mengetahui cara-cara yang akurat tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS.
Begitu juga pada strategi 2 Pendidikan seks perlu ditanamkan sejak dini untuk memupuk rasa tanggung jawab. Materi informasi tentang pendidikan seks hanya mengumbar moral, seperti jangan melakukan hubungan seksual sebelum menikah, jangan berzina, dst. Ini mitos karena tidak ada kaitannya dengan penularan HIV/AIDS.
Hal yang sama pada strategi 3 Bagaimana cara memahami kesehatan seksual dan reproduksi dengan mudah? Adalah hal yang mustahil memahami kesehatan seksual dan reproduksi kalau informasi yang disampaikan hanya mitos.