Disebutkan oleh Pemegang Program HIV/AIDS dan IMS pada Dinas Kesehatan Kota Cimahi, Mulyono: penyebab utama penularan HIV/AIDS di Kota Cimahi itu karena aktivitas seks bebas yang tidak aman baik hubungan sesama jenis alias Lelaki Seks Lelaki (LSL) maupun lawan jenis.
Jika yang dimaksud seks bebas dalam berita ini adalah zina, maka lagi-lagi pernyataan di atas menyesatkan. Seks bebas atau seks tidak bebas (dalam ikatan pernikahan yang sah) jika tidak aman yaitu dilakukan dengan kondisi laki-laki atau suami tidak memakai kondom ada risiko penularan HIV/AIDS kalau salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS.
Terminologi yang dikenal dalam epidemi HIV/AIDS sebagai hubungan seksual yang berisiko tinggi terjadi penularan HIV/AIDS adalah seks (yang) tidak aman yaitu hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, dengan kondisi suami atau laki-laki tidak memakai kondom dengan perempuan yang berganti-ganti atau dengan perempuan yang sering ganti-ganti pasangan yaitu pekerja seks komersial (PSK).
Wartawan yang menulis berita ini tidak menyadari ada pernyataan dari Mulyono yang akurat: "Kebanyakan mereka melakukan hubungan seksual tidak aman karena tidak mengenakan kondom. Atau ada juga yang lewat jarum suntik."
Risiko penularan HIV melalui jarum suntik pada penyalahgunaan narkoba juga harus dengan kondisi beberapa orang dan jarum dipakai secara bersama-sama dengan bergantian. Kalau narkoba disuntikkan sendiri tidak akan pernah ada risiko penularan HIV.
Tahun 1990-an sampai awal 2000-an beberapa donor asing masih mau mendanai pelatihan penularan berita HIV/AIDS yang berempati, tapi belakangan ini tidak ada lagi donor yang mau mendanai pelatihan wartawan. Sedangkan pemerintah juga tidak mau karena disebut hasilnya tidak terukur seperti memakan cabai langsung terasa.
Thailand berhasil menanggulangi epidemi HIV/AIDS karena peranan media massa. Dari lima program riil penanggulangan HIV/AIDS di Thailand di puncak adalah media massa dan terakhir kondom. Di Indonesia sebaliknya. Kondom yang dikedepankan tanpa dukungan media massa dan media online.
Baca juga: Program Penanggulangan AIDS di Indonesia Mengekor ke Ekor Program Thailand
Jika media massa dan media online serta media sosial terus memberitakan HIV/AIDS dengan balutan norma, moral dan agama maka selama itu pula masyarakat hanya menangkap mitos (anggapan yang salah) dari berita. Itu artinya upaya penanggulangan HIV/AIDS tanpa dukungan masyarakat. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H