(a). PSK langsung yaitu PSK yang kasat mata, seperti yang mangkal di tempat pelacuran atau mejeng di tempat-tempat umum, dan
(b). PSK tidak langsung yaitu PSK yang tidak kasat mata. Mereka ini 'menyamar' sebagai anak sekolah, mahasiswi, cewek pemijat, cewek pemandu lagu, ibu-ibu, dll. Dalam prakteknya mereka ini sama dengan PSK langsung sehingga berisiko tertular HIV/AIDS.
(5). Laki-laki dewasa biseksual (secara seksual tertarik dengan lawan jenis dan sejenis) yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa memakai kondom, dengan perempuan dan laki-laki yang berganti-ganti karena bisa saja ada di antara mereka yang mengidap HIV/AIDS, pengidap HIV/AIDS tidak bisa dikenali dari fisiknya.
Perilaku berisiko (1) dan (2) ada di ranah pribadi (privat) yang tidak mungkin dijangkau atau diintervensi karena dilakukan di sembarang tempat dan sembarang waktu. Itu artinya dua perilaku berisiko ini jadi pintu masuk yang tidak bisa dikendalikan.
Baca:Â Gejala HIV/AIDS Tidak Otomatis Terkait dengan Infeksi HIV/AIDS
Begitu juga dengan perilaku (4) ada di ranah privat dengan transaksi seks terjadi di sembarang waktu dan sembarang tempat sehingga tidak bisa dijangkau untuk menerapkan seks aman.
Hal yang sama terjadi pada perilaku seksual berisiko (5) juga ada di ranah privat privat dengan transaksi seks terjadi di sembarang waktu dan sembarang tempat sehingga tidak bisa dijangkau untuk menerapkan seks aman.
Yang bisa dijangkau adalah perilaku (3) a tapi praktek PSK harus dilokalisir. Thailand menjalankan program 'wajib kondom 100 persen' bagi laki-laki dewasa yang melakukan hubungan seksual dengan PSK di lokalisasi pelacuran dan rumah bordil. Indikator keberhasilan Thailand adalah jumlah calon taruna yang terdeteksi positif HIV/AIDS turun.
Data di aidsdatahub.org menunjukkan dengan pariwisata yang didukung industri seks jumlah kasus HV/AIDS di Thailand 470.000 dengan 5.400 infeksi baru per tahun. Bandingkan dengan Indonesia dengan kasus 640.000 dan 46.000 kasus infeksi baru per tahun.