Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

10 Tahun Berkiprah di Kompasiana, Thamrin Dahlan Hasilkan 30 "Mahkota"

20 Agustus 2020   06:47 Diperbarui: 23 Agustus 2020   08:19 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
TD bersama ponakannya, Erdonis Erdwan, ST, pada acara syukuran dan peluncuan buku ke-30 di Depok, 19 Agustus 2020 (Foto: Dok  TD)

Bisa jadi Thamrin Dahlan (TD) merupakan orang pertama penggiat platform yang berhasil mencatat 'sejarah' dengan menerbitkan 30 buku berupa kompilasi tulisan selama 10 berkiprah sebagai kompasianer di Kompasiana. TD juga merupakan salah satu dari beberapa orang yang sangat aktif menulis di Kompasiana.

Dalam berbagai kesempatan dan komunikasi di grup WhatssApp, Thamrin Dahlan selalu mengatakan bahwa buku adalah mahkota bagi seorang penulis.

Sebagai rasa syukur dan berkat dukungan sesama kompasianer, Pak TD pun mengajak 16 kompasianer untuk berbagai pengalaman sambil ngopi di sebuah kedai kopi di Jalan Margonda Raya, Kota Depok, Jabar, 19 Agustus 2020. Juga sebagai tanda terbit buku TD yang ke-30 yang berjudul "Pembatasan Sosial Besakal Besar (PSBB) Jakarta" yang diterbitkan April 2020.

Buku ke-30 Thamrin Dahlan
Buku ke-30 Thamrin Dahlan "Pembatasan Sosial Besakal Besar (PSBB) Jakarta" yang diterbitkan April 2020 (Foto: Syaiful W. Harahap).

Saya sendiri mengenal TD karena sering ikut kegiatan Kompasiana Nangkring. Selain itu TD juga aktif di BNN sehingga kalau ada kegiatan di BNN saya dan beberapa teman juga diajak mengikuti acara atau kegiatan di BNN.

"Saya tidak pernah berpikir untuk dapat imbalan ketika menulis dan menerbitkan buku," kata TD pada kesempatan syukuran.

Dia menulis apa yang jadi perhatiannya dan yang dialaminya sehari-hari tanpa keberpihakan. Maka, tidaklah mengherankan kalau kemudian TD bercerita tentang berbagai hal yang terjadi di masyarakat.

Karena berpikir jernih dengan menangkap situasi di sekitarnya, TD pun menuliskan apa adanya sehingga mencerminkan kondisi yang sedang terjadi. Dia menulis soal calon presiden (Capres) sampai pengalaman sehari-hari tentang virus corona (Covid-19).

Mungkin, bagi orang lain soal pandemi virus corona jadi hal yang biasa karena dialami semua orang. Tapi, tidak bagi TD karena dia melihat ada yang perlu disuarakan. Maka, dia pun menulis tentang berbagai hal yang terkait dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). 

Karena sudah jadi bagian dari keseharian bagi banyak orang PSBB biasa saja, tapi naluri TD menangkap ada isu atau aspek yang bisa ditangkap untuk dijadikan bahan tulisan.

Goresan TD yang merupakan bagian dari kehidupan bisa jadi gambaran bagi kompasianer muda dan pemula bagaimana TD mengangkat masalah-masalah sosial ke permukaan melalui tulisan. 

Lagipula, seperti dia katakan menulis dan menerbitkan buku bukanlah bertujuan untuk mencari popularitas. Maka, buku pertama TD pun berjudul "Bukan Orang Terkenal" yang diterbitkan tahun 2012.

Thamrin Dahlan bersama Kompasianer usai acara peluncuan buku dan yayasan di Depok, 19 Agustus 2020 (Foto: Dok TD/Dian Kelana)
Thamrin Dahlan bersama Kompasianer usai acara peluncuan buku dan yayasan di Depok, 19 Agustus 2020 (Foto: Dok TD/Dian Kelana)

Namun, seperti dia katakan kalau kemudian tulisan di Kompasiana dan penerbitan buku melambungkan namanya itu merupakan konsekuensi logis dari kegiatan penulisan. Menulis memang merupakan bagian dari kerangka berpikir juga bisa jadi 'obat' untuk kesejukan nurani.

Dalam perjalanan menulis di Kompasiana dan kemudian menerbitkannya sebagai kompilasi jadi sebuah buku, TD pun melompat jauh untuk memberikan ruang bagi rekan-rekan kompasianer untuk juga bisa menerbitkan buku. Lagi-lagi TD berharap ada kompasianer yang mengikuti jejaknya untuk mendapatkan 'mahkota'.

Untuk itulah kemudian TD bersama keluarga dan kerabatnya mendirikan YAYASAN PUSAKA THAMRIN DAHLAN yang jadi payung bagi penerbitan buku. "Yayasan siap membantu teman-teman yang mau menerbitkan buku," kata TD. 

TD bersama ponakannya, Erdonis Erdwan, ST, pada acara syukuran dan peluncuan buku ke-30 di Depok, 19 Agustus 2020 (Foto: Dok  TD)
TD bersama ponakannya, Erdonis Erdwan, ST, pada acara syukuran dan peluncuan buku ke-30 di Depok, 19 Agustus 2020 (Foto: Dok  TD)

Yayasan akan membantu mengurus ISBN (International Standard Book Number) yang menjadi pengenal sebuah buku di kancah perpustakaan dunia. ISBN dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional RI. ISBN hanya bisa diberikan untuk buku yang diterbitkan oleh badan hukum.

Itulah yang jadi keperihatinan TD sehingga dia dengan senang hati membantu siapa saja untuk mendapatkan ISBN melalui yayasan. Tidak hanya ISBN yang diurus gratis, tapi juga layout buku dikerjakan oleh yayasan. 

Seperti dikatakan oleh TD komitmen Yayasan adalah 'mewakafkan diri untuk mengembangkan literasi Indonesia'. Lebih tegas lagi TD mengatakan yayasan membantu penulis menerbitkan buku tanpa biaya.

Maka, seseorang yang sudah memperoleh ISBN melalui yayasan juga menerima layout buku dalam bentuk soft copy sehingga jika ingin dicetak bisa dimana saja karena sudah ada master-nya. Ini merupakan bagian dari komitmen untuk literasi Indonesia.

Selamat Berkarya, Pak TD.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun