Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Covid-19 di Indonesia Tanpa Puncak Pandemi?

3 Juli 2020   11:20 Diperbarui: 3 Juli 2020   11:13 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puncak pandemi Covid-19 di Korsel dan laporan harian di Indonesia (Dok Pribadi)

Di awal pandemi banyak kalangan yang memperkirakan setelah China 'neraka' corona akan pindah ke Korsel. Perkiraan buyar karena sampai 3 Juli 2020 China dan Korsel tidak pernah jadi episentrum atau hotspot virus corona.

Padahal, Korsel adalah negara tujuan utama pelancong China, terutama 11 juta warga Kota Wuhan. Dengan kondisi itu Neger Ginseng itu pun menjalankan langkah-langkah yang sistematis yaitu tes Covid-19 massal yang masif melalui 633 outlet di seluruh negeri dan meminta warganya menjalankan protokol kesehatan.

Awal Januai 2020 puluhan ribu warga Wuhan, perkiraan ahli 95% dengan Covid-19 tapi tanpa gejala, melancong ke Korsel. Tapi, karena warga sudah paham, maka yang kontak dengan pelancong Wuhan hanya orang-orang yang terkait langsung seperti karyawan hotel, restoran, imigrasi, transportasi dll. Sedangkan warga yang lain memilih tetap di rumah, jika keluar memakai masker dan menerapkan jarak fisik. Maka, tidak mengherankan kalau kemudian 62 negara menyalip Korsel dalam jumlah kasus Covid-19. Korsel melaporkan 12.967 kasus Covid-19.

Puncak pandemi Covid-19 di Korsel dan laporan harian di Indonesia (Dok Pribadi)
Puncak pandemi Covid-19 di Korsel dan laporan harian di Indonesia (Dok Pribadi)

Bagaimana dengan Indonesia? Selain banyak pejabat yang Ketika negara tetangga Vietnam, Thailand dan Malaysia menutup penerbangan internasional pelacong dari berbagai negara terbang ke Indonesia, terutama Bali. Bahkan, tarif kapal terbang didiskon 50% ke 10 destinasi wisata. Indonesia baru menghentikan penerbangan internasional pada akhir April 2020. Maka, masuk akal kalau kematian pertama terkait Covid-19 terjadi di Indonesia yaitu di Bali.

Baca juga: Kematian Pertama Terkait HIV/AIDS dan Covid-19 Terjadi di Bali

Itu artinya Indonesia sangat terlambat dalam menanggapi ancaman pandemi Covid-19 karena sebelum ada kasus tidak ada langkah-langkah strategis yang dilakukan pemerintah mengantisipasi ancaman pandemi virus corona. Pemerintah baru mengakui ada infeksi virus corona di Indonesia tanggal 2 Maret 2020. Setelah tanggal ini pun tracing dan tes Covid-19 tidak dijalankan secara masif dengan sistematis. Dengan kasus 59.394 Indonesia ada di peringkat ke-29 dunia per 3 Juli 2020.

Tidak Akan Terjadi Puncak Pandemi Covid-19

Dari matriks di atas bisa kita lihat perbandingan penanganan ancaman pandemi Covid-19 di Korsel dan Indonesia. Maka, tidak ada pilihan lain bagi Indonesia selain menjalankan tes Covid-19 secara massa dengan sistematis yaitu terhadap orang-orang yang terdeteksi kontak dengan pasien Covid-19, pulang dari daerah atau negara dengan pandemi Covid-19.

Celakanya, banyak warga yang menolak tes biar pun kontak dengan pasien Covid-19, dan yang berbohong baru pulang dari daerah zona merah atau negara denga pandemi Covid-19. Akibatnya, banyak tenaga kesehatan, dokter dan perawat, yang tertular Covid-19 bahkan ada yang meninggal.

Puncak pandemi Covid-19 di Italia dan laporan harian di Indonesia (Dok Pribadi)
Puncak pandemi Covid-19 di Italia dan laporan harian di Indonesia (Dok Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun