Memang, ada syarat 'surat bebas corona', tapi ini pun menyesatkan karena 'surat bebas corona' bukan vaksin. 'Bebas corona' jika hasil tes Covid-19 dengan spesimen swab metode PCR atau TCM negatif hanya berlaku sampai tes. Setelah tes, dalam hitungan jam atau hari, bisa saja ybs. tertular Covid-19. Apalagi dengan rapid test yang hasilnya bisa reaktif atau nonraktif palsu 'surat bebas corona' tidak jaminan.
Disebutkan 'surat bebas corona' dengan tes metode PCR atau TCM berlaku 7 (tujuh) hari. Ini benar-benar tidak masuk akal karena dalam tujuh hari ada risiko tertular Covid-19. Begitu juga dengan 'surat bebas corona' dengan rapid test berlaku 3 (tiga) hari juga konyol karena dalam hitungan jam setelah tes bisa saja tertular corona.
Tampaknya, pemerintah 'gembira' dengan laporan kasus harian Covid-19 yang 'landai'. Padahal, ini terjadi karena jumlah warga yang jalani tes Covid-19 dengan metode PCR dan TCM juga sedikit. Pada periode 1 Mei -- 27 Mei 2020, misalnya, jumlah warga yang tes Covid-19 setiap hari antara 2.562 (terendah) dan  8.595 (terbanyak).
Dengan kondisi jumlah warga yang jalani tes Covid-19 dengan metode PCR atau TCM Â sangat sedikit hasil tes tidak bisa jadi patokan pandemi. Apalagi proporsi tes per 1 juta populasi juga sangat rendah. []
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI