Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kenapa Tes Covid-19 di Indonesia Sangat Rendah

21 Mei 2020   12:36 Diperbarui: 21 Mei 2020   12:36 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tabel I: Jumlah Orang yang Jalani Tes Covid-19 Tanggal 1 - 20 Mei 2020 (Dok. Syaiful W. Harahap)

Menteri Koordinator Pembangunan, Manusia Kebudayaan ( Menko PMK) Muhadjir Effendy, menyebut kasus Covid-19 di Indonesia landai bagi sebagian orang dianggap kabar gembira. Tapi, bagi yang memahami statistik dan surveilans pada epidemi atau pandemi penyakit pernyataan itu tidak akurat. Hal ini disampaikan Menko Muhadjir pada konferensi pers di Istana Negara, 8 Mei 2020.

Angka laporan kasus baru yang disampaikan Jubir Yuri, panggilan Achmad Yurianto, itu landai karena jumlah warga yang jalani tes per hari juga landai dan kecil. Kalau saja Yuri menyebut angka yang faktual yaitu jumlah orang yang tes PCR dan TCM per hari tentulah masyarakat akan bisa memahami realitas yang sesungguhnya bukan 'PHP' seperti yang disampaikan Menko Muhadjir karena angka itu tidak realistis (Lihat Tabel 1).

Kalangan ahli sudah mengatakan ketika tidak ada vaksin, maka salah satu cara mengatasi pandemi, dalam hal ini virus corona, adalah dengan melakukan tes Covid-19 yang masif dan sistematis. Hal ini sudah dibuktikan oleh Korea Selatan (Korsel), Thailand dan Vietnam.

Bahkan, di Vietnam tidak ada kematian terkait Covid-19. Kasus di Vietnam dilaporkan 324 di peringkat ke-142 dunia. Begitu otoritas China melaporkan kasus virus corona baru ke WHO (31/12-2019) penguasa di Vietnam dengan gencar melakukan tes Covid-19 sejalan dengan tracing skala nasional.

2. Indonesia Andalkan Rapid Test Butuh Tes Konfirmasi

Langkah Vietnam itu tidak dilakukan di Indonesia. Ketika kasus pertama Covid-19 diumumkan pemerintah, dalam hal ini oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), tidak ada tes Covid-19 dengan spesimen swab pakai PCR yang masif. Yang dilakukan hanya rapid test dengan hasil reaktif dan non reaktif yang masih harus melakukan tes ulang (konfirmasi) dengan tes PCR.

Bahkan, ketika pandemi Covid-19 merebak di banyak negara pemerintah Indonesia justru memberikan diskon ongkos kapal terbang ke 10 destinasi wisata. Penerbangan internasional juga baru dihentikan total tanggal 5 Februari 2020 ketika wabah corona sudah menggila di banyak negara.

Bandingkan dengan Korsel belum menemukan kasus tapi sudah menjalankan tes spesimen swab dengan PCR berskala nasional mulai tanggal 2 Januari 2020 atau dua hari setelah laporan China ke WHO. Kasus pertama di Korsel terdeteksi pada tanggal 20 Januari 2020. Sedangkan Indonesia baru mulai tes sejak tanggal 2 Maret 2020 (Lihat Matriks 1).

Di Matrik 1 di atas dengan jelas tampak perbedaan yang nyata langkah Korsel dan Indonesia dalam menangani pandemi Covid-19. Padahal, banyak kalangan yang memperkirakan Korsel akan jadi episentrum corona. Prakiraan ini meleset karena episentrum Covid-19 terbang ke Eropa, menyeberang ke Benua Amerika.

Maka, amat wajar kalau kasus di Korsel sampai 21 Mei 2020 dilaporkan 11.122 dengan peringkat ke-44 dunia. Sedangkan Indonesia sampai 20 Mei 2020 kasus yang dilaporkan sebanyak 19.189 yang menempatkan Indonesia di peringkat ke-33 dunia.

Selain tes massal Covid-19 langkah lain yang bisa jadi penghalang penyebaran virus corona adalah penguncian (lockdown). Indonesia memilih cara Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Celakanya, justru pemerintah sendiri yang mengangkangi PSBB yaitu dengan pelonggaran berupa izin operasional angkutan umum darat, KA, laut dan udara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun