Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Yang Turun di Kabupaten Jayapura Bukan Penyebaran HIV/AIDS, tapi Jumlah Kasus Baru yang Terdeteksi

22 Februari 2020   13:43 Diperbarui: 22 Februari 2020   13:47 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Penyebaran HIV/AIDS diklaim menurun di Jayapura." Dalam hal ini wilayah Kabupaten Jayapura, Papua. Ini judul berita di jubi.co.id, 21/1-2020. Pernyataan dalam judul berita ini tidak akurat karena:

Pertama, penyebaran atau penularan HIV/AIDS di masyarakat tidak bisa dilihat karena terkait dengan perilaku seksual orang per orang.

Kedua, yang turun bisa jadi adalah jumlah kasus yang terdeteksi. Ini tidak menggambarkan jumlah infeksi HIV pada warga karena yang menjalani tes HIV bisa saja yang tertular beberapa bulan atau tahun yang lalu.

Ketiga, kalau dikaitkan dengan risiko penularan yang rendah pada Odha (Orang dengan HIV/AIDS) yang meminum obat antiretroviral (ARV), maka insiden infeksi HIV baru terjadi pada warga yang tidak minum obat ARV, yaitu:

(1). Insiden infeksi HIV baru bisa terjadi pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual tanpa kondom, di dalam nikah atau di luar nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti di wilayah Kabupaten Jayapura atau di luar wilayah Kabupaten Jayapura, bahkan di luar negeri. Soalnya, bisa saja salah satu dari perempuan tsb. mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS. Tentu saja Pemkab Jayapura tidak bisa mengawasi perilaku seksual semua laki-laki dewasa warga Kabupaten Jayapura.

(2). Insiden infeksi HIV baru bisa terjadi pada perempuan dewasa melalui hubungan seksual dengan kondisi laki-laki tidak pakai kondom, di dalam nikah atau di luar nikah, dengan laki-laki yang berganti-ganti di wilayah Kabupaten Jayapura atau di luar wilayah Kabupaten Jayapura, bahkan di luar negeri. Soalnya, bisa saja salah satu dari laki-laki tsb. mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS. Tentu saja Pemkab Jayapura tidak bisa mengawasi perilaku seksual semua perempuan dewasa warga Kabupaten Jayapura.

(3). Insiden infeksi HIV baru bisa terjadi pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual tanpa kondom dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK), di wilayah Kabupaten Jayapura atau di luar wilayah Kabupaten Jayapura, bahkan di luar negeri. Soalnya, bisa saja salah satu dari PSK tsb. mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS. Tentu saja Pemkab Jayapura tidak bisa mengawasi perilaku seksual semua laki-laki dewasa warga Kabupaten Jayapura.

Yang perlu diingat adalah PSK ada dua tipe, yaitu:

(a). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan.

(b), PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, cewek online, PSK online, cewek prostitusi online, 'artis dan model' prostitusi online, dll.

Banyak laki-laki yang berisiko tertular HIV/AIDS karena merasa tidak melakukan hubungan seksual dengan PSK langsung. Mereka seks dengan PSK tidak langsung. Padahal, perilaku seksual PSK tidak langsung sama saja dengan PSK langsung.

Baca juga: Tertular HIV karena Termakan Mitos "Cewek Bukan PSK"

Dilaporkan jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS di Kabupaten Jayapura sampai Desember 2019 sebanyak 3.202 yang terdiri atas 1.513 HIV dan 1.689 AIDS dengan 397 kematian.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Yang perlu diingat jumlah kasus yang terdeteksi (3.202) tidak menggambarkan jumlah kasus HIV/AIDS yang sebenarnya di masyarakat karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Kasus yang terdeteksi (3.202) digambarkan sebagai punca gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut.

Dalam berita disebutkan: Sebagian besar pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Jayapura berasal dari kelompok usia produktif, yakni 20-49 tahun. Ini adalah hal yang wajar dan realistis karena pada rentang usia ini libibo seks tinggi. Celakanya, mereka tidak diberikan informasi yang akurat tentang cara-cara mencegah penularan HIV/AIDS, terutama melalui hubungan seksual.

Baca juga: AIDS pada Usia Produktif di Yogyakarta bukan Ironis tapi Realistis

Dikatakan oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, Pungut Sunarto: .... lingkungan keluarga sangat berperan dalam penanggulangan penyebaran HIV/AIDS. Begitu pula kemampuan bertahan hidup ODHA, bergantung pada dukungan keluarga terdekat.

Yang terjadi justru kepala keluarga (suami) yang jadi penular atau penyebar HIV/AIDS terutama kepada istrinya. Indikatornya adalah jumlah ibu rumah tangga yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS.

Penanggulangan yang realistis adalah program 'wajib kondom 100 persen' bagi laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan PSK. Ini bisa dilakukan jika praktek PSK dilokalisir. Celakanya, Pemkab Jayapura justru menutup lokalisasi pelacuran Tanjung Elmo di tepi Danau Sentani yang dikenal sebagi 'turki' (turunan kiri). Akibatnya, praktek PSK tidak bisa diintervensi untuk program 'wajib kondom 100 persen' karena transaksi seks terjadi sembarang waktu dan sembarang tempat bahkan sekarang melalui media sosial.

Itu artinya insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa warga Kabupaten Jayapura akan terus terjadi. Warga yang tertular tidak menyadari dirinya sudah tertular HIV sehingga mereka melakukan hubungan seksual, terutama dengan istri, tanpa kondom. Akibatnya, kian banyak ibu rumah tangga yang tertular HIV/AIDS yang akan berakhir pada bayi yang mereka lahirkan kelak denga HIV/AIDS.

Ada lagi pernyataan: Warga Sentani Edison Sineri berpendapat orangtua berperan besar dalam mencegah pergaulan bebas yang berpotensi menularkan penyakit seksual dan HIV/AIDS.

Tidak ada kaitang langsung antara 'pergaulan bebas' dengan penularan HIV/AIDS karena penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual terjadi di dalam nikah dan di luar nikah jika salah satu ada keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak pakai kondom ketika terjadi hubungan seksual.

Jika tidak ada program yang konkret untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual dengan PSK, maka selama itu pula penyebaran HIV/AIDS di masyarakat terjadi secara diam-diam yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS' di wilayah Kabupaten Jayapura. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun