Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tangerang, Banten, sedang menggodok Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) inisiatif tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/Aids. Disebutkan oleh oleh Ketua Badan Pembuat Perda DPRD Kota Tangerang, Edi Suhendi, salah satu klausul bahwa calon pasangan suami-isteri akan menjalani pemeriksaan HIV sebelum melangsungkan pernikahan (Calon Pengantin di Kota Tangerang Diwacanakan Wajib Tes HIV/Aids, tangerangnews.com, 3/1-2020).
Ada beberapa hal yang luput dari perhatian terkait dengan tes HIV bagi calon mempelai, yaitu:
(1). Calon mempelai laki-laki bisa tertular HIV/AIDS melalui perilaku seksual berisiko, yaitu: a. melakukan hubungan seksual tanpa kondom di dalam nikah dengan perempuan yang berganti-ganti, b. melalukan hubungan seksual tanpa kondom dengan pekerja seks komersial (PSK), baik PSK langsung maupun PSK tidak langsung, c. transfusi darah yang tidak diskrining HIV, dan d. melalui bertukar jarum suntik pada penyalahgunaan narkoba.
(2). Calon mempelai perempuan biar pun masih gadis tetap ada risiko tertular HIV/AIDS, yaitu: a. melalui ibu yang mengidap HIV/AIDS, b. transfusi darah yang tidak diskrining HIV, dan c. melalui bertukar jarum suntik pada penyalahgunaan narkoba.
(3). Tes HIV dengan reagen yang mencari antibody HIV akan terikat dengan masa jendela yaitu jika tes HIV dilakukan di bawah tiga bulan setelah tertular (dalam hal ini melakukan perilaku berisiko tertular HIV), maka hasilnya bisa negatif palsu (HIV ada di darah tapi reagen tidak bisa mendeteksi karena belum ada antibody HIV) atau positif palsu (HIV tidak ada di darah tapi hasil tes reaktif).
Jika hasil tes HIV calon mempelai laki-laki HIV-negatif palsu tentulah jadi melapetaka bagi istri karena ada risiko penularan. Jika istri tertular ada pula risiko penularan ke bayi yang dikandungnya kelak.
Persoalan lain yang bisa muncul adalah ketika hasil tes HIV calon mempelai laki-laki negatif sehingga pernikahan dilangsung, tapi ketika istrinya hamil dan menjalani tes HIV dengan hasil positif maka bisa terjadi suami akan menuding istri selingkuh.
Hal itu bisa terjadi karena yang menjalani tes HIV ibu hamil. Seharusnya suami-suami ibu hamil yang lebih dahulu menjalani tes HIV agar duduk soalnya jelas. Kalau suami HIV-positif, maka istri menjalani tes HIV.
Hasil tes HIV pada ibu hamil sangat penting karena bisa menyelamatkan janin yang dikandungnya terhindar dari HIV/AIDS jika si ibu terdeteksi HIV-positif melalui program pencegahan HIV dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya.
Disebutkan pula oleh Edi: .... ibu-ibu hamil juga akan menjalani pemeriksaan HIV sebagai langkah pencegahan.
Dengan langkah yang disebutkan Edi ini suami bisa berkelit dengan menuding istri yang selingkuh. Tapi, kalau suami yang lebih dahulu menjalani tes HIV tentulah suami tidak bisa lagi menuduh istrinya yang selingkuh. Soalnya, di banyak daerah tes HIV pada ibu hamil tidak menyertakan suami karena suami menolak tes HIV. Bahkan, di Klinik VCT 'Seroja', RSUD dr Adjidarmo, Rangkasbitung, Lebak, Banten, sering terjadi suami akan meninggalkan istri di rumah sakit bahkah minggat meninggalkan anak istri ketika diberitahu hasil tes HIV istrinya positif.
Baca juga: HIV/AIDS di Lebak, Banten, Banyak Terdeteksi pada Keluarga
Ini juga dikatakan oleh Edi: "Sehingga bisa diketahui dengan cepat karena menurut kedokteran bisa disembuhkan kalau masih baru terdeteksi." Â
Pernyataan Edi di atas ngawur karena begitu HIV masuk ke aliran darah HIV akan ada di dalam tubuh seumur hidup. Deteksi dini HIV berguna untuk mencegah penularan baru dan menjaga kesehatan orang yang tertular HIV dengan memberikan obat antiretroviral (ARV).
Tes HIV untuk calon mempelai hanya sebagian kecil dari epidemi HIV/AIDS jika dibandingkan dengan jumlah laki-laki dan perempuan yang melakukan perilaku seksual berisiko tertular HIV.
Barapa pasangan yang menikah setiap hari di Kota Tangerang? Coba bandingkan dengan jumlah laki-laki yang melakukan hubungan seksual berisiko dengan PSK langsung atau PSK tidak langsung setiap malam.
PSK sendiri dikenal ada dua tipe, yaitu:
(1). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan.
(2), PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, cewek online, PSK online, dll.
Bahkan, bisa terjadi mempelai laki-laki yang lolos tes HIV setelah menikah melakukan perilaku seksual berisiko tertular HIV/AIDS.
Jumlah kasus HIV/AIDS di Kota Tangerang dilaporkan tahun 2016 tercatat 105 kasus, tahun 2017 ditemukan 124 kasus dan tahun 2018 terdeteksi 141 kasus. Maka, dari tahun 2016-2018 di Kota Tangerang terdeteksi 370 kasus HIV/AIDS. Jika dihitung dari tahun 2004-2018 Dinkes Kota Tangerang mencatat jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS sebanyak 1.515 (kompas.com, 11/12-2019).
Sedangkan Wali Kota Tangerang Arief R. Wismansyah, mengatakan: "Ya, kalau buat kita selama itu kebaikan, demi mencegah perluasan HIV, kalau memang diperlukan terpaksa."
Tapi, tes HIV untuk calon mempelai itu ada mudaratnya. Lagi pula kasus insiden infeksi HIV baru terbanyak bukan dari calon mempelai, tapi dari laki-laki dewasa, termasuk yang beristri, yang sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK langsung atau PSK tidak langsung.
Jika Pemkot Tangerang dan DPR Kota Tangerang ingin menurunkan kasus HIV/AIDS yang disasar adalah laki-laki yang seks dengan PSK agar mereka memakai kondom setiap kali melakukan hubungan seksual. Jika ini tidak diintervesi, maka insiden infeksi HIV baru di Kota Tangerang akan terus terjadi.
Laki-laki yang tertular HIV jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat tertuama melalui hubungan seksual tanpa kondom did alam dan di luar nikah. Ini terjadi karena orang-orang yang tertular HIV tidak menyadari mereka sudah tertular HIV karena tidak ada gejala-gejala yang khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan. Jika ini yang terjadi itu artinya bisa terjadi 'ledakan AIDS' di Kota Tangerang. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H