Sekitar 15 juta bayi lahir tiap tahun di dunia, 1 dari 10 kelahiran terjadi prematur. Dari jumlah bayi yang lahir prematur 1,1 juta di antaranya meninggal setiap tahun. Yang bertahan hidup pun jika tanpa perawatan yang pas akan menderita beberapa jenis cacat fisik, neurologis serta membutuhkan biaya untuk kesehatan dan pengobatan sepanjang hidupnya.
Kelahiran prematur adalah kelahiran bayi sebelum usia kandungan 37 minggu. Kelahiran prematur jadi penyebab utama kematian bayi di banyak negara. Data Badan Kesehatan Sedunia (WHO) menunjukkan ada 10 negara penyumbang kelahiran prematur di dunia. Dari 10 negara tsb. Indonesia menempati peringkat ke-5 dengan jumlah kelahiran premature 675.700 per tahun.
Penanganan Medis
Celakanya, ada pengabaian, sekali lagi pengabaian terkait dengan kelahiran prematur sehingga jadi masalah kesehatan dunia. Menurut Dr dr Ali Sungkar, Sp.OG-KFM, dokter obstetric dan ginekologi konsultan fetomaternal RSCM Jakarta, ada beberapa faktor risiko yang bisa memicu kelahiran bayi prematur, al. usia ibu yang terlalu muda ketika melahirkan, kehamilan dengan bayi kembar dua atau lebih, infeksi ketika hamil, penyakit yang dderita ibu ketika hamil (diabetes, hipertensi, anemia, dll.), nutrisi yang kurang ketika hamil, gaya hidup yang tak sehat, atau gangguan mental saat hamil, seperti depresi.
Kelahiran prematur jadi penyebab komplikasi kondisi kesehatan anak dalam jangka pendek dan jangka panjang, terutama risiko penyakit tidak menular, seperti diabetes dan hipertensi. Untuk itulah diperlukan pencegahan agar bayi tidak lahir prematur, sedangkan bagi bayi yang lahir prematur diperlukan pula penanganan yang khusus. Hal ini muncul dalam acara "Bicara Gizi: Upaya Pencegahan dan Tata Laksana Anak Prematur Agar Tumbuh Kembang Optimal" yang diselenggarakan oleh Danone Indonesia di Jakarta, 14 November 2019.
Bicara gizi terkait dengan kelahiran prematur dijalankan memeriahkan Hari Prematur Sedunia (World Prematurity Day) yang diperingati setiap tanggal 17 November secara internasional.
"Semua bayi baru lahir rentan, tetapi bayi prematur sangat akut," kata Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, pada kata pengantar untuk laporan upaya untuk mengurangi kelahiran dan kematian bayi prematur sebagai bagian integral dari Strategi Global untuk Perempuan dan Kesehatan Anak.
Salah satu aspek dalam penanganan bayi prematur adalah nutrisi. Seperti dikatakan oleh Vera Galuh Sugijanto, Vice President General Secretary Danone Indonesia, pada acara 'Bicara Gizi', nutrisi dan penanganan yang tepat pada masa 1000 hari pertama kelahiran (1000 HPK) Si Kecil akan berpengaruh pada kesehatan jangka panjang, tertutama pada anak yang lahir dengan prematur. "Sebagai ibu dari tiga anak kembar yang lahir prematur," kata Vera, "Saya merasakan sendiri manfaat dukungan medis dan nutrisi yang tepat yang berperan sangat penting dalam meningkatkan kesehatan dan perkembangan anak-anak saya, serta kemampuannya dalam beradaptasi dengan lingkungan kelak."
Baca juga: Kecukupan Nutrisi pada "1000 Hari Pertama Kehidupan" Cegah Stunting
Penanganan secara medis bagi bayi yang lahir prematur jadi penting karena kelahiran prematur jadi penyumbang separuh kematian bayi yang lahir dan penyebab kedua kematian bayi di bawah usia lima tahun di seluruh dunia setelah pneumonia.
Tokoh Dunia
Di negara-negara berpenghasilan tinggi, peningkatan jumlah kelahiran prematur terkait dengan jumlah wanita yang lebih tua yang memiliki bayi, peningkatan penggunaan obat kesuburan dan menghasilkan banyak kehamilan. Di beberapa negara maju, induksi medis yang tidak perlu dan kelahiran sesar sebelum masa kehamilan penuh juga telah meningkatkan kelahiran prematur. Di banyak negara berpenghasilan rendah, penyebab utama kelahiran prematur meliputi infeksi, malaria, HIV, dan tingkat kehamilan remaja yang tinggi. Â
Prematur terlambat - yang lahir antara 32 dan 37 minggu. Ini mencakup 84 persen dari total kelahiran prematur atau 12,5 juta. Sebagian besar bertahan hidup dengan perawatan suportif.
Sangat prematur - yang lahir antara 28 dan 32 minggu. Bayi-bayi ini membutuhkan perawatan suportif ekstra. Sebagian besar akan bertahan hidup.
Sangat prematur - mereka yang lahir sebelum 28 minggu. Bayi-bayi ini membutuhkan perawatan yang paling intensif dan mahal untuk bertahan hidup. Di negara maju, bayi-bayi ini memiliki peluang 90 persen untuk bertahan hidup, meskipun mereka mungkin menderita cacat fisik, neurologis, dan pembelajaran seumur hidup. Di negara-negara berpenghasilan rendah, hanya 10 persen yang bertahan hidup.
Anak-anak yang lahir prematur mempunyai kesempatan tumbuh kembang yang sama dengan anak yang lahir tidak prematur dengan tata laksana perawatan yang baik. Pemantuan pertumbunan anak menggunakan grafik pertumbuhan juga penting untuk memastikan perkembangan anak sesuai dengan standar medis. Pengalaman Cyntia Lamusu, penyanyi yang juga ibu dua anak kembar, Tatjana dan Bima, menunjukkan dengan dukungan yang baik dari tim dokter ketika persalinan dan perawatan serta kelurga dan tentu saja pemenuhan nutrisiyang tepat, "Anak-anak saya sehat dan ceria," ujar Cyntia pada acara 'Bicara Gizi'.
Baca juga: Memupus Mitos Seputar Anak (yang) Lahir Prematur
"Meskipun lahir prematur anak tetap mempunyai kesempatan untuk tumbuh sehat seperti anak yang tidak lahir prematur," ujar dr M Azharry Rully S, SpA, dokter spesialis anak konsultan neonatalogi RSCM Jakarta, pada acara 'Bicara Gizi'. Dr Azharry sendiri lahir prematur. Seperti juga tokoh-tokoh dunia seperti, Stevie Wonder (penulis lagu dan penyanyi), Albert Einstein (ilmuwan, lahir tahun 1879), Charles Darwin (geologis), dan Napoleon Bonaparte (ahli stategi militer).
Menurut dr Azharry, ada tata laksana tertentu yang bisa diikuti dan diterapkan oleh orang tua dari anak prematur agar anak bisa mengejar ketertinggalan pertumbuhannya. Tata laksana yang dimaksud dr Azharry, al. setelah dimandikan bayi harus kering dan diselimuti untuk menjaga suhu badan, ibu mememakai Metode Kanguru agar anak hangat, berikan air susu ibu (ASI) sedikitnya tiap dua jam, dan jika bayi tidak bisa menyusu pakai alat bantu seperti sendok, dll.
Tentu saja konsultasi dengan dokter ahli jadi penting untuk menjaga kondisi bayi agar tetap sesuai dengan standar medis. (Bahan-bahan dari: Bicara Gizi Danone Indonesia, WHO, dan sumber-sumber lain). *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H