[Baca juga: Kode Pos (di) Indonesia Tidak Merakyat!]
Kalau saja di tempat-tempat khas ada kartu pos dan warkat pos berprangko akan mendorong seseorang untuk berkirim surat. Apalagi gambar atau ilustrasi kartu pos sangat khas tentulah jadi incaran filatelis.
Begitu juga dengan prangko terlalu banyak seri yang diterbitkan setiap tahun dan tidak temanya tidak mendunia. Ini pun tidak menarik minat filatelis untuk membeli dan mengoleksi prangko terbiatan PT Pos Indonesia.
Sedangkan untuk wesel pos, ternyata toko-toko ritel bisa memanfaatkan nomor ponsel sebagai bukti pengiriman uang. Padahal, kantor pos sampai ke kecamatan sehingga bisa sebagai ritel untuk pengiriman surat, uang, dan paket.
Belakangan loket di kantor-kantor pos pun menerima pembayaran berbagai tagihan, seperti telepon, listrik, air, kartu kredit, cicilan, dll. Tapi, ini bukan core business pos sehingga tidak akan bisa diandalkan.
Tentu saja perlu belajar dari negara-negara dengan densitas telepon dan internet yang tinggi tapi pengiriman surat pos berprangko tetap tinggi. Itu artinya perlu inovasi agar masyarakat gemar berkirim surat. *
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI