"Beberapa pilihan untuk pencegahan adalah vaksin, kombinasi alat kontrasepsi dengan obat HIV, penggunaan antibodi, pemakaian obat terapi untuk pencegahan, injeksi obat kerja panjang (long-acting), hingga cincin vaginal. Bahkan, muncul perdebatan bagaimana memanfaatkan teknik rekayasa genetika untuk mencegah infeksi HIV." Ini kutipan dari berita "Inovasi Pencegahan HIV Terus Dikembangkan" di Harian "Kompas" (25/7-2019).
Ketika kalangan medis merekomendasikan kondom, yang sejak dulu dikenal sebagai alat mencegah kehamilan melalui hubungan seksual atau disebut juga kontrasepsi, dunia pun bereaksi keras terutama yang melihanya dari sisi negatif. "Kondom menjerumuskan orang ke lembah maksiat." "Kondom mendorong orang berzina." Dst ....
Waktu dr Nafsiah Mboi sebagai Menteri Kesehatan (Menkes) RI mendorong sosialisasi kondom untuk mencegah penularan HIV dia malah di-bully habis-habisan oleh banyak kalangan, terutama ormas agama, dengan menyebut Bu Naf, panggilan akrabnya, sebagai ‘menteri cabul’. Padahal, Bu Naf mendorong promosi kondom untuk melindungi diri agar tidak tertular HIV melalui hubungan seksual di dalam dan di luar nikah.
Celakanya, tak ada yang berani membela Bu Naf, bahkan presiden waktu itu juga memilih diam. “Menkes RI yang baru, Nafsiah Mboi, adalah menteri cabul liberal, karena baru saja jadi menteri sudah bikin heboh dengan kampanye kondom bagi remaja yang belum menikah, dengan dalih untuk cegah AIDS dan cegah kehamilan di luar nikah,” kata Habib Rizieq Syihab (arrahmah.com, 19/6-2012).
Tapi, ketika ada lembaga yang menjalankan program untuk menemukan vaksin melawan HIV yaitu Inisiatif Vaksin AIDS Internasional (International AIDS Vaccine Initiative)/IAVI yang berpusat di New York, AS, tak satupun yang buka mulut. Bahkan, tokoh ormas agama yang mem-bully Bu Naf juga tak buka mulut.
[Baca juga: AIDS: Obat dan Vaksin Akan Membuat (Perilaku) sebagian Orang Seperti Binatang]
Padahal, vaksin (antibody atau kekebalan tubuh untuk melawan bakteri, virus, dll. yang menyerang tubuh) justru lebih 'berbahaya' daripada kondom. Dengan sekali divaksinasi seumur hidup kebal. Bandingkan dengan kondom yang harus dibeli dulu, dibuka bungkusnya, dipasang, dst. yang memerlukan uang dan keterampilan. Bahkan, banyak yang menyebutkan kondom mengurangi sensasi hubungan seksual.
Padahal, berbagai studi dan penelitian menunjukkan kondom efektif mencegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan catatan kualitas kondom terjamin, tidak lewat masa kadaluarsa dan cara pemakaian yang benar.
UNAIDS, Badan Khusus PBB yang menangani HIV/AIDS, berkoar-koar tahun 2030 Dunia bebas AIDS tapi tanpa langkah konkret untuk menghentikan insiden infeksi HIV baru. Yang dijalankan banyak negara, termasuk Indonesia, hanya pengobatan bagi warga yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS. Ini jelas langkah di hilir yang tidak menghentikan insiden penularan HIV baru di hulu, terutama pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual berisiko, al. dilakukan dengan pekerja seks komersial (PSK).
Rupanya, Konferensi International AIDS Society (IAS) Ke-10 di Mexico City, Meksiko (21-24 Juli 2019) mengedepankan studi tentang pencegahan. Celakanya, yang dibahas justru vaksin yang bisa saja membuat banyak orang lupa daratan karena tidak takut lagi melakukan hubungan seksual berisiko.
Nah, ini sama sekali tidak jadi perhatian kalangan yang selama ini membalut lidahnya dengan moral yang menentang pemakaian kondom pada hubungan seksual berisiko untuk mencegah penularan HIV.
[Baca juga: Ironis: Kondom Ditolak, Vaksin AIDS Ditunggu-tunggu]
Ketika kalangan ahli lebih memilih vaksin daripada mengajak ummat menjalankan hubungan seksual yang aman itu artinya mengabaikan harkat manusia sebagai makhluk yang bisa mengedepankan akal sehat daripada membabibuta mengumbar nafsu birahi.
Tapi, ternyata kalangan ahli justru 'didukung' oleh orang-orang yang (selama ini) sok moralis dengan membalut lidah dengan moral menentang sosialisasi kondom sebagai alat mencegah penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual.
Kita tinggal menunggu seperti apa gerangan perilaku sebagian orang yang sudah menerima vaksin AIDS kelak dalam melampiaskan dorongan birahinya. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H