Jika dikaitkan dengan epidemi HIV/AIDS, maka jumlah kasus HIV dan AIDS yang dilaporkan hanyalah yang terdeteksi sedangkan kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat bisa lebih banyak. Soalnya, epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Kasus yang terdeteksi (34 HIV dan 25 AIDS) digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut.
Dalam berita tidak dijelaskan dengan siapa warga Bintan melakukan 'perilaku hubungan seksual dengan gonta-ganti pasangan'.
Ini yang jadi kunci persoalan. 'Perilaku hubungan seksual dengan gonta-ganti pasangan' dilakukan dengan PSK melalui transaksi seks dalam bentuk pelacuran terselubung dengan berbagai macam modus.
PSK Tidak Langsung
Celakanya, Pemkab Bintan dan Dinkes Bintan mungkin menganggap di daerahnya tidak ada pelacuran karena tidak ada lokalisasi pelacuran yang dibina oleh pemerintah setempat seperti sebelum reformasi. Ini anggapan yang keliru karena praktek pelacuran terus terjadi yang melibatkan PSK langsung dan PSK tidak langsung melalui cara-cara yang tidak konvensional yaitu dengan memanfaatkan telekonuminasi dan media sosial.
PSK sendiri dikenal ada dua tipe, yaitu:
(1). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan.
(2), PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, cewek online, dll.
Bisa saja laki-laki warga Bintan melakukan 'perilaku hubungan seksual dengan gonta-ganti pasangan' dengan PSK tidak langsung. Ini terjadi karena selama ini berkembang mitos (anggapan yang salah) bahwa HIV/AIDS menular melalui hubungan seksual dengan PSK langsung di lokalisasi pelacuran.
[Baca juga: Tertular HIV karena Termakan Mitos "Cewek Bukan PSK"]