Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Makanan Pendamping ASI (MPASI) untuk Dukung Tumbuh-kembang Si Kecil

10 Juni 2019   04:08 Diperbarui: 10 Juni 2019   05:36 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk memenuhi nutrisi Si Kecil pada priode emas 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) para orang tua diharapkan memahami cara pengenalan makanan padat (weaning) sebagai Makanan Pendanping ASI (MPASI) dan penerapan kebiasaan makan yang baik (healthy eating habit) yang jadi kunci masa depan bagi Si Kecil.

Para orang tua diharapkan memilih cara pemberian MPASI sesuai dengan panduan WHO (Badan Kesehatan Sedunia PBB) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), yaitu mengutamakan pemberikan air susu ibu (ASI) eksklusif selama 6 bulan awal kehidupan. Sedangkan pengenalan makanan lembek mulai setelah usia anak 6 bulan. Kemudian secara bertahap diberikan makanan kasar sampai usia 12 bulan, selanjutnya anak diberikan makanan keluarga sesuai dengan kebutuhan nutrisi Si Kecil.

Pemberian makanan padat yang benar bagi Si Kecil dilakukan secara bertahap yang dimulai dengan mengenalkan tekstur, frekuensi, variasi makanan sampai porsi makanan sesuai dengan kebutuhan nutrisi pada setiap tahapan tumbuh-kembang Si Kecil. Masyarakat dihadapkan dengan berbagai cara atau metode pengenalan makanan padat sebagai MPASI, seperti menu tunggal, menu 4 Bintang, spoon-feeding dan baby-lead weaning (BLW).

dr Frieda Handayani, SpA(K) (kanan) pada acara Bicara Gizi dengan tema “Membangun Kebiasaan Makan yang Baik (Healthy Eating Habit) Sejak Dini untuk Dukung Tumbuh Kembang Optimal Anak” yang diselenggarakan oleh Danone Indonesia di Jakarta (28/5-2019). (Foto: kompasiana/Syaiful W. Harahap)
dr Frieda Handayani, SpA(K) (kanan) pada acara Bicara Gizi dengan tema “Membangun Kebiasaan Makan yang Baik (Healthy Eating Habit) Sejak Dini untuk Dukung Tumbuh Kembang Optimal Anak” yang diselenggarakan oleh Danone Indonesia di Jakarta (28/5-2019). (Foto: kompasiana/Syaiful W. Harahap)
Metode atau cara apapun yang diterapkan pada pemberian MPASI bagi Si Kecil, menurut dr Frieda Handayani, SpA(K), dokter spesialis anak konsultan gastrohepatologi di Jakarta, yang perlu diperhatikan adalah harus tetap mengutamakan kebutuhan nutrisi untuk mendukung tumbuh-kembang Si Kecil. Anak yang sudah cukup umur serta siap secara fisik dan mental untuk mulai diperkenalkan dengan MPASI tetap harus memperhatikan kebutuhan nutrisi sehingga frekuensi, tekstur dan porsi makanan disesuaikan dengan kebutuhan anak. Kriteria ini sesuai dengan pandungan MPASI yang dianjurkan WHO.

[Baca juga: Kecukupan Nutrisi pada "1000 Hari Pertama Kehidupan" Cegah Stunting]

"Kesalahan dalam pemberian MPASI bisa berujung pada kesulitan makan pada anak sehingga terjadi malanutrisi, seperti stunting," ujar dr Frieda mengingatkan para ibu dalam acara Bicara Gizi dengan tema "Membangun Kebiasaan Makan yang Baik (Healthy Eating Habit) Sejak Dini untuk Dukung Tumbuh Kembang Optimal Anak" yang diselenggarakan oleh Danone Indonesia di Jakarta (28/5-2019).

Ilustrasi (Sumber: webmd.com)
Ilustrasi (Sumber: webmd.com)
"Bicara Gizi" merupakan bagian dari komitmen unit bisnis Danone Indonesia divisi Specialized Nutrition di Indonesia. "Ini sejalan dengan upaya untuk terus mendukung edukasi tentang nutrisi bagi masyarakat Indonesia," kata Arif Mujahidin, Corporate Communication Director Danone Indonesia, pada pengantar acara.

Peringatan dr Frieda bukan tanpa dasar. Data Riskerdas, Kementerian Kesehatan RI, tahun 2018 menunjukkan ada 30,8 persen balita di Indonesia yang mengalami postur tubuh yang pendek dan sangat pendek (stunting) dan 17,7 persen balita di Indonesia mengalami kurang gizi atau gizi buruk.  Untuk itulah para orang tua diharapkan memahami kebutuhan nutrisi Si Kecil, terutama pada usia emas yaitu dua tahun pertama sejak lahir yang dikenal sebagai 1000 HPK.

Dalam kaitan itulah para ibu diharapkan memahmi kebutuhan gizi anak usia weaning yaitu karbohidrat, lemak, protein (makronutrien), vitamin dan mineral (mikronutien). Maka, dr Frieda berpesan agar Si Kecil tidak diberikan makanan yang pedas, berbumbu tajam, buah yang terlalu asam, minuman dan makanan yang mengandung gas, makanan yang banyak mengandung gula, garam, penyedap rasa serta lemak jenuh.

Pada usia 6 bulan ASI tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan gizi anak sehingga harus diberikan MPASI dengan takaran yang cukup juga harus ada kandungan energi, protein, makronutrien, mikronutrien. Pengenalan makanan padat bagi Si Kecil dibagi dalam beberapa tahap, yaitu: pada usia 6-12 bulan Si Kecil mulai diperkenalkan dengan MPASI, usia 12-24 bulan Si Kecil mulai dikenalkan dengan makanan keluarga dengan tetap memperhatikan kebutuhan nutrisi. Yang perlu diingat frekuensi pemberian makanan disesuaikan dengan tahap pertumbuhan anak.

Ilustrasi (Sumber: dreamstime.com)
Ilustrasi (Sumber: dreamstime.com)
Saran dr Frieda agar anak memakan makanan yang dihaluskan dan disaring dengan tekstur lumat dan kental pada usia 6-7 bulan, pada usia 8-9 bulan anak diberikan makanan yang dilumatkan, sedangkan makanan bertekstur agar kasar dan lauk yang dicincang kasar diberikan pada anak usia 9-12 bulan. Makanan yang disaring dilumatkan perlu diperhatikan karena pada usia di bawah satu tahun belum bisa mengunyah karena gigi mereka belum lengkap. "Pada anak usia di atas satu tahun bisa diberikan makanan keluarga," kata dr Frieda. Yang juga perlu diperhatikan dalam pemberian MPASI adalah kemampuan anak secara fisik (kepala tegak dan duduk tegak) serta psikologis anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun