#BundaTanggapAlergi dengan Gerakan 3K yaitu Kenali, Konsultasikan dan Kendalikan
Kondisi janin dan 1000 Hari Pertama Kelahiran (1000 HPK) sangat menentukan masa depan anak. Salah satu dampak buruk jika semasa dalam kandungan dan 1000 HPK anak tidak mendapatkan nutrisi yang seimbang, maka akan terjadi malanutrisi yang akhirnya sampai pada kondisi stunting (tinggi dan berat badan berdasarkan umur yang tidak sesuai dengan standar). Ini pada akhirnya menganggu tumbuh kembang anak sehingga tidak optimal. Â
Faktor lain yang mendorong malanutrisi adalah alergi pada anak yaitu suatu kondisi berupa reaksi dari sistem kekebalan tubuh terhadap sesuatu yang dimakan atau dihirup yang sebenarnya tidak berbahaya dan tidak pula semua anak mengalaminya. Sedangkan pemicu alergi disebut alergen, seperti tungau, serbuk, jamur, bulu binatang serta minuman dan makanan tertentu. Reaksi alergi bisa terjadi di permukaan kulit dan saluran pernapasan.
Susu Sapi
Kejadian alergi, terutama alergi makanan, dialami oleh penduduk di banyak negara di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Alergi karena makanan, misalnya, prediksi World Allergy Organization (WAO) di dunia ada  240 - 550 juta penduduk Bumi yang mungkin menderita alergi makanan (The WAO White Book on Allergy: Update 2013). Angka ini menggambarkan tingkat prevalensi alergi antara 10 -- 40 persen dari populasi dunia, dari jumlah itu 7,5 persen adalah anak-anak.
Padahal, alergi makanan pada anak berpotensi mempengaruhi kesehatan anak karena mengganggu pemenuhan kebutuhan nutrisi, terutama pada masa tumbuh kembang. Malanutrisi pada 1000 HPK akan menentukan kualitasi hidup seorang anak sejak bayi, balita, remaja, dewasa sampai lansia. Alergi pada anak juga membuat anak berisiko mengalami keterlambatan pertumbuhan.
[Baca juga: Kecukupan Nutrisi pada "1000 Hari Pertama Kehidupan" Cegah Stunting]
Untuk itulah Sarihusada, melalui brand SGM Eksplor Soya, mengajak orang tua, terutama Bunda' untuk mengenali sejak dini gejala dan cara mengatasi (risiko) alergi pada Si Kecil (anak) melalui #BundaTanggapAlergi dengan melakukan "Gerakan 3K" yaitu Kenali, Konsultasikan dan Kendalian.
Sehubungan dengan hal ini Sarihusada melakukan media gathering untuk wartawan dan blogger bersama pakar dan Bunda dengan anak yang berisiko alergi di Jakarta (10/4-2019). Kegiatan ini juga untuk mendukung kegiatan World Allergy Week 2019 yang dilangsung dengan skala internasional tanggal 7 -- 13 April 2019.
Celakanya, salah satu makanan yang jadi penyebab alergi pada anak adalah susu sapi (whey dan kasein). Padalah, seperti dikatakan oleh Prof DR Â Budi Setiabudiawan, dr, SpA(k), M.Kes. Konsultan Alergi dan Imunologi Anak di FK Unpad, Bandung, susu sapi adalah salah satu sumber protein yang dibutuhkan anak untuk mendukung proses tumbuh kembang anak secara optimal.Â
Maka, "Di sinilah peran orang tua, khususnya Bunda, sangat penting untuk mencegah dan menangani kondisi alergi anak agar anak tetap dapat asupan nustrisi yang tetap," kata Prof Budi pada acara media gathering. Pemberian air susu ibu (ASI) merupakan salah satu langkah terbaik dalam mengatasi alergi susu sapi pada anak.
Bahan Dasar Kedelai
Beberapa faktor yang meningkatkan risko alergi pada Si Kecil, al. riwayat alergi pada orang tua dan keluarga, kelahiran caesar, polusi udara dan asap rokok.Â
Gejala umum yang sering muncul karena alergi adalah gangguan pada kulit, seperti muncul bintik-bintik merah, gangguan pada saluran pernapasan dan saluran pencernaan. Jika tidak ditangani secara tepat, alergi pada Si Kecil bisa meningkatkan risiko penyakit degeneratif, seperti obesiatas dan darah tinggi, serta penyakit jantung.
Prof Budi mengingatkan dengan langkah "Gerakan 3K" para Bunda akan bisa menghadapi alergi pada anak dengan baik yaitu mengamati kapan terjadi gejala alergi pada anak. Apakah terjadi di pagi hari, siang hari atau malam hari. Selain itu perlu pula diperhatikan apakah gejala alergi terjadi di dalam rumah atau kamar atau di luar rumah. Selain itu perlu juga diperhatian riwayat alergi pada orang tua dan keluarga.
Soalnya, menurut Prof Budi, sering terjadi ketika anak diberikan susu, telur atau daging ayam tiba-tiba penolakan. Bunda yang memberikan susu sapi pada anak di kamar menganggap anak alergi susu sapi, padahal, "Bisa jadi gejala alergi pada anak karena tungau yang ada di debu di dalam kamar," ujar Prof Budi. Begitu pula ketika anak diberi makan daging ayam atau telur ayam di kamar tiba-tiba ada gejala alergi. Bisa saja terjadi Bunda akan menganggap daging atau telur ayam yang jadi penyebab. Padahal, gejala alergi itu karena tungau.
Karena susu sapi merupakan salah satu sumber protein, maka perlu ada pengganti yang setara. Sarihusada memproduksi susu SGM Eksplor Soya yang terbuat dari kacang kedele dengan tambahan Omega 3, asam linoleat, protein, Vitamin D3, A dan C, kalsium, zink dan zat besi untuk anak umur 1 -- 5 tahun. Sarihusada juga menyiapkan beberapa resep makanan bagi Si Kecil yang alergi susu sapi dengan bahan dasar soya (susu dari kedelai).
Sebagai seorang ibu dengan anak terindikasi alergi, Natasha Rizki, aktris, mengatakan karena nakanya alergi susu sapi maka dia tetap memberikan asupan nutrisi yang tepat untuk memastikan tumbuh kembang Si Kecil. "Saya sangat mengapresiasi Sarihusada yang terus mengkampanyekan #BudaTanggapAlergi dengan Gerakan 3K," kata Natasha dengan nada yakin. Dengan penanganan dan pemberian nutrisi yang tepat anak dengan alergi tetap akan menunjukkan prestasi gemilang di masa depan. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H