Kalau yang disasar hanya ibu-ibu rumah tangga sama saja dengan menggarami laut karena yang jadi persoalan adalah suami mereka yang mempunyai perilaku seksual yang berisiko tinggi tertular HIV. Adalah hal yang mustahil seorang istri mempertanyakan perilaku seksual suaminya di luar rumah, apalagi meminta suami memakai kondom. Ini awal dari 'neraka' sebagai kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Judul berita ini "Pokja Penanggulangan HIV/AIDS Kestalan Solo Sulit Awasi PSK, Ini Penyebabnya" pun sama sekali tidak menggambarkan pemahaman yang komprehensif terhadap epidemi HIV/AIDS.
Untuk apa mengawasi PSK?
Semua masalah ada pada laki-laki. Setinggi apa pun pengetahuan PSK soal HIV/AIDS semua ditentukan oleh laki-laki yang membeli seks yaitu seks tanpa kondom.
Yang diperlukan adalah intervensi terhadap laki-laki agar mereka memakai kondom setiap seks dengan PSK. Celakanya, langkah ini hanya bisa dilakukan jika praktek PSK di lokalisir. Ketika transaksi seks terjadi dalam berbagai bentuk dengan beragama modus insiden infeksi HIV baru pada laki-laki akan terus terjadi.
Selama yang disasar hanya PSK melalui razia dan pemeriksaan kesehatan, maka selama itu pula insiden infeksi HIV baru akan terjadi. Laki-laki yang tertular HIV jadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat. Ini terjadi seperti 'bom waktu' yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS'. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H