Lagi-lagi berita tentang HIV/AIDS yang sama sekali tidak memberikan pencerahan kepada masyarakat dalam upaya menanggulangi insiden infeksi HIV baru dan penyebaran HIV melalui hubungan seksual.
Lihat saja berita ini "Miris, Homoseksual Mengerek Angka Penderita HIV/AIDS di Serambi Makkah" (liputan6.com, 26/2-2019). Padahal, dalam berita dijelaskan persentase kasus HIV/AIDS terbanyak pada kalangan swasta 36 persen dan ibu rumah tangga 21 persen.
Sayang, tidak ada penjelasan faktor risiko atau cara penularan pada kalangan swasta. Yang jelas ibu rumah tangga tertular dari suami sebagai heteroseksual (secara seksual tertarik kepada lawan jenis), mungkin ada juga di antaranya sebagai biseksual (secara seksual tertarik kepada lawan jenis dan sejenis).
Dengan angka 21 persen pengidap HIV/AIDS pada kalangan ibu rumah tangga tentulah jumlah laki-laki, dalam hal ini suami, yang mengidap HIV/AIDS juga besar. Tapi, bisa saja ada suami yang punya istri lebih dari satu.
Kalau saja wartawan dan narasumber berita ini yaitu Kasi Penyakit Menular, Dinas Kesehatan Aceh, dr  Iman Murahman, lebih arif membaca angka tentulah judul berita akan lebih mengena jika dikaitkan dengan fakta berupa kasus HIV/AIDS pada ibu rumah tangga. Misalnya, "Banyak Suami di Aceh yang Menularkan HIV ke Istrinya."
Judul ini akan menyentak warga dan menyadarkan para suami tentang risiko yang akan terjadi jika perilaku seksual mereka merupakan perilaku seksual yang berisiko tertular HIV, al.:
(1). Pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti di Aceh, di luar Aceh atau di luar negeri,
(2). Pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK), di Aceh, di luar Aceh atau di luar negeri,
PSK sendiri dikenal dua jenis, yaitu:
(a). PSK langsung yaitu PSK yang kasat mata yakni cewek-cewek yang mangkal di tempat-tempat pelacuran atau di jalanan, dan
(b). PSK tidak langsung yaitu PSK yang tidak kasat mata yang beroperasi melalui transaksi seks dengan perantaraan germo atau melalui media social sebagai prostitusi online. Ada yang menyamar sebagai pelajar, mahasiswi, pemijat, pemandu lagu, ibu-ibu, dan cewek gratifikasi seks.